Love Under Revenge [Epilogue]

Judul   :           Love Under Revenge (復讐の下で愛, Fukushū no shita de ai)

 

 

Author:            Hirooka

 

 

Rating :           M

 

 

Length:            Chapter

 

 

Genre  :           Angst, Lemon, Romance

 

 

Cast     :

 

Cho Kyu – Hyun

 

Yoon Hye – Jin

 

Seo Joo – Hyun

 

 

 

Disclaimer :

FF ini mengandung unsur kekerasan, kata-kata kasar dan juga adegan untuk dewasa. Oleh karena itu saya menggunakan Rated M (Mature) dan genre Lemon untuk Adegan dewasa. Jadi untuk yang ANTI dan TIDAK SUKA , don’t Read baby.

 

Cho Kyuhyun belong to his parents, family and himself. But Yukino is his DeathEater 

 

Summary:

Dendam dan pengkhianatan melingkupi alur kehidupan mereka yang bagaikan pusaran lubang hitam. Kyuhyun hidup dengan sejuta cinta dan Yukino hidup dengan satu alasan yaituKematian Kyuhyun..

Akankah Takdir berbaik hati pada mereka? Ataukah sebaliknya, menghancurkan untaian takdir yang terukir di antara mereka??

Kyuhyun : “Saat kegelapan dendam melingkupi. Aku akan tetap berharap ada cahaya dan cinta yang tersisa darimu, Athena”

 

 

66706_493598937343349_245963845_n

 

 

 

 

Meja hijau. Jubah hitam. Bangku pesakitan yang menjadi sorotan utama. Palu kayu berwarna coklat gelap yang merupakan pemutus nasib. Argument. Lalu yang terakhir adalah pertanyaan – pertanyaan memuakkan dari para Jaksa maupun Pengacara.

 

Semua itu adalah elemen-elemen yang mewarnai sebuah ruang sidang.

Hari ini bukanlah sidang yang pertama bagi seorang Seo Joohyun. Kini, gadis cantik itu terduduk diam di atas bangku pesakitan. Benda yang menjadi sorotan utama, sekaligus benda paling dihindari oleh semua orang.

 

“Kalau begitu, malam itu anda benar-benar datang ke villa milik Nona Hiragawa  dengan tujuan untuk membunuh Tuan Kim Myungsoo dan Tuan Kim Hongmin? Apakah anda pula yang membakar tempat itu?”Tanya salah seorang Jaksa Penuntut.

“Ti..ti..tidak. Saya datang kesana bukan untuk membunuh mereka, sebaliknya, saya ingin menyelamatkan mereka dari sekapan wanita pelacur itu. Jadi anda tidak berhak menahan saya.”jawab Seohyun ketus dengan mata menatap Jaksa di hadapannya tajam.

 

“Siapakah yang anda maksud dengan sebutan ‘Wanita pelacur’ barusan?”Tanya Jaksa dengan santai yang dibalas dengusan muak dari Seohyun, gadis itupun menyeringai sinis.

“Hiragawa Yukino.”jawab Seohyun muak dan sang Jaksa hanya mengangguk.

 

“Jadi, anda ingin menyelamatkan mereka dari sekapan Nona Hiragawa , tapi kenapa pada akhirnya anda membakar tempat itu? Selain itu, disini tidak ada laporan yang dapat membuktikan tuduhan anda atas Nona Hiragawa , Nona Seo.”balas Jaksa itu seraya meneliti berkas di tangannya.

“Wanita itu menyekap mereka, aku yakin itu. Aku melihat sendiri mereka semua di..”

 

“Anda melihat sendiri bahwa mereka disekap atau mungkin dilukai di tempat itu oleh Nona Hiragawa ?”potong sang Jaksa yang membuat Seohyun terperangah.

“Ya.”jawab Seohyun pelan dan sang Jaksa tersenyum dengan sudut bibirnya.

 

“Jadi dengan kata lain anda menguntit Nona Hiragawa , seperti apa yang dituduhkan oleh Tim Pengacara Nona Hiragawa pada anda, Nona Seo?”

“Ya.”jawab Seohyun lagi, mengakui.

 

“Anda mengikuti, lebih tepatnya mengutus seseorang untuk mengintai setiap gerak-gerik Nona Hiragawa . Lalu suatu ketika, anda melihat bahwa Nona Hiragawa  membawa keempat orang teman anda. Kemudian anda segera mendatangi tempat itu untuk menyelamatkan mereka. Karena anda mengira Nona Hiragawa  menyekap dan menyiksa mereka, begitu?”

“Aku tidak mengira-ngira, Geomchal-nim. Tapi aku benar melihat wanita itu menyiksa mereka.”

 

“Tindakan penyiksaan apa yang telah dilakukan oleh Nona Hiragawa ?”

“W..wa..wanita itu..wanita itu memukuli mereka semua dan ia juga berniat membunuh mereka.”jawab Seohyun gugup, matanya terlihat bergetar tidak tenang.

 

“Kalau benar anda melihatnya, kenapa anda tidak segera menolong mereka?”

“Karena villa itu dijaga para Yakuza, anak buah wanita itu.”

 

“Karena tempat itu dijaga, maka anda datang satu hari setelah kejadian penyiksaan, apa saya benar?”

“Ya. Saya datang malam berikutnya.”

 

“Anda datang saat malam hari, apakah malam itu tidak ada siapapun yang menjaga disana? Para penjaga yang ditugaskan oleh Nona Hiragawa  maksud saya..”

“Tidak ada. Orang-orang itu telah pergi.”

 

“Jadi anda masuk kesana tanpa sepengetahuan para penjaga lalu apa yang anda lakukan setelah masuk ke dalam? Apakah anda menemukan teman-teman anda yang berada di dalam villa?”

“Ya, saya menemukan mereka.”

 

“Dimana?”

“Di sebuah kamar.”

 

“Mereka berempat berada dalam satu kamar?”

“Ya.”

 

“Apakah anda langsung membawa mereka pergi setelah anda menemukan mereka?”

“Ya, itu niat awalku. Akan tetapi setelah berbicara pada L dan Hongmin ahjussi, aku berubah pikiran.”

 

“Pembicaraan apa yang kalian bicarakan sehingga membuat anda berubah pikiran?”cecar sang Jaksa pada Seohyun.

 

Seohyun baru akan membuka mulutnya ketika itu, akan tetapi Pengacaranya menginterupsi lebih dulu.

 

“Keberatan!! Kwon Geomchal terlalu berbelit-belit dan pertanyaan yang diajukan pada Nona Seo adalah pertanyaan yang pernah ditanyakan pada sidang sebelumnya. Selain itu Kwon Geomchal terlalu mendesak Nona Seo.”ujar Pengacara Seohyun lantang.

“Keberatan ditolak. Kwon Jiyong Geomchal-nim, silahkan teruskan.”

“Terima kasih Yang Mulia.”balas Kwon Jiyong sang Jaksa Penuntut Umum.

 

“Sekali lagi, apa yang kalian bicarakan sehingga pemikiran anda untuk menolong mereka, berubah, Nona Seo?”Tanya Jaksa Kwon dengan mata menyipit.

 

Seohyun terdiam dan wajahnya tertunduk. Tangannya sudah tertaut dan saling meremas di atas pangkuannya. Gadis itu terlihat berpikir keras untuk tidak menjawab.

 

“Saya akan mencoba menjawab untuk anda Nona Seo. Malam itu anda bertengkar dengan korban, kalian tidak sependapat akan suatu hal. Hal yang membuat anda marah. Sehingga saat kesepakatan di antara kalian tidak di dapatkan, anda memukul kepala salah satu korban menggunakan tongkat yang menjadi barang bukti. Dan setelah itu anda membiarkan kedua orang korban, terbakar di dalam villa itu.”papar Jaksa Kwon dengan tatapan menusuknya, membuat Seohyun mengangkat wajahnya dan terlihat ketakutan.

 

“Ini keterlaluan! Jaksa Kwon tidak seharusnya mengintimidasi Nona Seo begitu saja.”protes Pengacara Seohyun. Akan tetapi hal itu hanya mendapat balasan berupa, Hakim mengangkat tangannya dan mempersilahkan Jaksa Kwon Jiyong meneruskan sesi pertanyaannnya.

 

“Karena kesepakatan yang gagal dan pembicaraan yang tidak menemui titik temu, anda membunuh kedua korban. Lalu untuk membersihkan nama anda dan membuat kejadian pembunuhan ini seperti kecelakaan atau mungkin perbuatan orang lain, anda memerintahkan anak buah anda menyelamatkan Tuan Jang dan Juga Tuan Kim. Benar begitu Nona Seo?”

 

Seohyun kembali tertunduk dan gadis itu memejamkan matanya erat-erat. Berusaha menguatkan dirinya atas apa yang dipaparkan Jaksa Kwon.

 

“Tolong jawab saya, Nona Seo. Jawaban saya benar atau salah?”cecar Jaksa Kwon.

 

Ruang sidang itu berubah hening. Semua orang yang berada di dalamnya menahan nafas kala menatap Seohyun yang kini tertunduk dengan seorang Jaksa berdiri di hadapannya.

“Ne, mashimnida (ya, anda benar).”lirih Seohyun pada akhirnya menyerah.

“Jadi anda benar-benar melakukan pembunuhan atas Tuan Kim Hongmin dan Kim Myungsoo malam itu. Kemudian anda membakar villa milik Nona Hiragawa ?”

“Ya, saya yang melakukannya.”

 

“Atas dasar apa anda melakukannya? Pembicaraan apa yang membuat anda berubah pikiran malam itu, sehingga memaksa anda harus menghilangkan nyawa korban?”

“Malam itu saya ingin menolong mereka dari sekapan wanita Jepang itu. Akan tetapi saat kami bertemu, mereka mengatakan saya salah paham dan..”

 

“Dan?”

“L mengatakan, bahwa dia akan menolong Yukino untuk bersaksi atas kematian Kang Minhyuk, begitu pula dengan Hongmin ahjussi. Mereka berdua bersikeras ingin mengatakan yang sebenarnya kepada Polisi mengenai kecelakaan yang menimpa Kang Minhyuk. Kedua orang itu menolak permintaan saya agar mereka tidak membantu wanita itu.”jelas Seohyun dengan wajah tertunduk dan suara bergetar.

 

“Kang Minhyuk? Jadi anda membunuh keduanya karena mereka ingin bersaksi atas kematian orang bernama Kang Minhyuk?”Tanya Jaksa Kwon dan Seohyun mengangguk lemah.

“Bisakah anda menjelaskan pada kami siapa Kang Minhyuk?”sambung Jaksa Kwon Jiyong dan sekali lagi membuat Seohyun mengangkat kepala.

 

Mata coklat Seohyun terlihat bergetar ketakutan. Wajahnya sudah pucat pasi, tangannya semakin keras saling meremas di atas pangkuan. Ia ingin bicara, namun suaranya tercekat di tenggorokan kala melihat tatapan tajam khas milik Kwon Jiyong.

 

“Kang Minhyuk, adalah orang yang mengalami kecelakaan sekitar 8 tahun yang lalu. Ia meninggal karena tertabrak mobil yang dikendarai oleh Kim Hongmin dan saat itu yang menjadi saksi adalah Kim Myungsoo. Keempat orang itu menjadi saksi kematian Kang Minhyuk. Oleh karena itu Yukino atau yang mempunyai nama asli Yoon Hyejin, menculik dan menyekap mereka di villa itu. Wanita gila itu ingin membalas dendam pada kami.”

 

“Kami? Bukankah anda bilang ‘mereka berempat’ lah saksi kecelakaan itu, akan tetapi kenapa anda baru saja mengatakan ‘kami’, apakah anda juga ikut andil dalam peristiwa itu?”

 

Seohyun terlihat terperangah. Kwon Jiyong ternyata adalah seorang Jaksa yang kritis, ia tidak melewatkan sedikitpun kesalahan yang keluar dari mulut seorang saksi.

“A..a..akk..aku..”Seohyun begitu gugup dan bingung akan apa yang ingin ia ucapkan.

 

“Anda menginginkan kedua korban untuk tidak bersaksi kembali mengungkap kejadian yang sebenarnya. Itu berarti kejadian 8 tahun silam yang ada di dalam berkas kepolisian adalah palsu? Apa saya benar?”cecar Jiyong sekali lagi yang membuat Seohyun semakin tersudut.

 

Jiyong menghampiri tempat duduk Tim Penuntutnya. Kemudian salah satu anggota Timnya memberikan berkas. Pria muda itu membaca sebentar isi berkas kemudian memberikan satu salinan kepada Hakim. Ia meminta sesuatu pada Hakim ketua dan pria yang merupakan pemimpin sidang itu mengabulkan permintaannya.

 

“Kang Minhyuk, disini tertulis meninggal akibat kecelakaan lalu lintas. Disini dijelaskan bahwa ia tertabrak sebuah mobil sedan dengan nomor seri Seoul 451 yang dikendarai oleh Kim Hongmin. Bertindak sebagai saksi mata adalah Kim Myungsoo.”papar Jiyong, membacakan isi tulisan di dalam kertas yang dipegangnya.

“Menurut laporan medis, Kang Minhyuk meninggal akibat benturan keras di kepala dan kerusakan organ vital bagian dalam. Saksi mengatakan, pria ini mengalami kecelakaan karena ia yang tengah mabuk malam itu tergelincir, sehingga mobil yang dikendarai Kim Hongmin menabraknya. Mobil anda Nona Seo, kalau boleh saya perjelas disini.”

 

Seohyun terlihat semakin gelisah di bangkunya. Gadis itu semakin tidak dapat menyembunyikan ketakutan serta kegugupannya di hadapan Kwon Jiyong, membuat Jaksa muda itu semakin bersemangat memaparkan asumsinya.

 

“Kim Hongmin menabrak pria itu dan Kim Myungsoo saksinya. Tapi anda bilang bahwa keempat orang yang tertera dalam kasus anda adalah saksi. Dan anda baru saja secara tidak langsung menambahkan diri anda sebagai salah satu dari saksi kematian Kang Minhyuk.”lanjut Jiyong sambil berjalan kembali ke sisi Seohyun.

“Melihat keberatan anda, saya dapat merangkai sebuah kejadian baru, disini. Menurut data yang saya terima, Kim Hongmin adalah mantan supir pribadi anda. Malam itu ia menabrak orang dan anda adalah penjamin baginya hari itu. Lalu, 8 tahun kemudian anda keberatan akan niat Kim Hongmin untuk bersaksi kembali atas kasus yang sama.”

 

Jiyong menghentikan kata-katanya sejenak, mata pria muda itu menatap lurus sosok Seohyun yang terduduk di bangku pesakitan dengan pandangan menyelidik.

 

“Bukan Kim Hongmin yang menabrak dan menghilangkan nyawa Kang Minhyuk malam itu. Tapi anda, Nona Seo.”lanjut Jiyong tanpa basa basi dan tepat sasaran. Seohyun yang mendengar tuduhan langsung dari mulut Jiyong sontak terbelalak.

 

“Apa bukti akulah pembunuh orang itu, hah? Aku tidak ada disana malam itu, Hongmin ahjussi yang membawa mobilku, jadi dialah yang..”

“Memang dia yang membawa mobilmu, tapi kaulah yang menyetir mobil itu dan kaulah yang menabrak pria bernama Kang Minhyuk.”tuduh Jiyong santai dan tenang.

 

“Apa buktinya, kau tidak punya bukti, jadi kau tidak berhak menuduhku!!”teriak Seohyun berang dan Jiyong hanya tersenyum dengan sudut bibirnya.

“Kalau memang bukan kau yang menabraknya, kenapa disini tertulis bahwa kaulah penjaminnya. Kau menjamin penuh kebebasan Kim Hongmin malam itu, kau juga yang membayar biaya rumah sakit. Dan bukan hanya itu, disini juga ada laporan pengalihan dana yang begitu besar ke dalam rekening Kim Hongmin dan dana itu berasal dari rekening anda Nona Seo.”

 

Mata Seohyun membulat kaget. Gadis itu begitu terkejut dengan bukti yang berada di tangan Kwon Jiyong. Semua bukti fisik yang secara tidak langsung membuktikan bahwa dialah pembunuh sebenarnya.

“Mungkin bukti ini tidak kuat, akan tetapi jika anda tetap bersikeras untuk berkilah. Maka saya dapat memberikan bukti lainnya yang akan semakin memberatkan tuntutan anda Nona. Jadi, sebaiknya anda memikirkan kembali kesaksian anda siang ini.”ujar Jiyong saat ia melihat Seohyun ingin berkelit kembali.

 

Bibir tipis yang merah itu bergetar, wajah Seohyun mengeras. Tidak ada jalan lain untuknya selain mengakui semua kejadian, semua kesalahannya di depan semua orang. Dan di depan Kyuhyun yang kini terduduk mematung di salah satu bangku peserta persidangan.

 

“Geurae, malam itu memang akulah yang menabrak Kang Minhyuk. Aku menggunakan Hongmin ahjussi sebagai tameng. Aku meninggalkannya disana bersama L, Eli dan Hyunseung. Aku pergi tanpa sepengetahuan mereka.”

“Jadi karena itu anda bersikeras melarang Kim Myungsoo dan Hongmin bersaksi membantu Nona Hiragawa ? Karena hal ini anda membunuh mereka?”

“Ya.”jawab Seohyun singkat.

 

“Anda pergi diam-diam dan melimpahkan kesalahan pada supir anda, jadi dengan kata lain saat itu Kang Minhyuk bukan tertabrak karena mabuk, akan tetapi anda lah yang sengaja menabraknya? Apa yang saya katakan ini benar, Nona Seo?”

“Ya.”

 

“Lalu apakah laporan medis ini juga anda yang menyabotasenya, agar teman-teman anda terlepas dari jerat hukum, begitu juga dengan anda?”

“Ya, itu benar.”

 

“Apa alasan anda melakukan semua tindak kriminal ini, Nona Seo?”

“Karena saya membenci Yoon Hyejin. DAN SAYA SEMAKIN MEMBENCI WANITA MURAHAN ITU SAAT DIA KEMBALI SEBAGAI HIRAGAWA YUKINO. AKU MEMBENCINYA KARENA DIA MEREBUT TUNANGANKU! MEREBUT SEMUA ORANG YANG DEKAT DENGANKU! DIA MENGHANCURKAN MASA DEPANKU!”

 

Nafas Seohyun turun naik karena puncak emosi. Matanya menyalang dan berkaca-kaca. Ia menahan tangisnya dihadapan para Hakim dan Jaksa yang tengah menghakiminya. Sedangkan Kwon Jiyong yang bertugas sebagai seorang Jaksa Penuntut Umum menanggapi  kemarahan Seohyun dengan seringaian puas.

 

Pria muda bernama Kwon Jiyong itu mendongakkan dagunya, memperlihatkan aura kepuasan dalam dirinya. Lalu ia melirik sekilas pada seorang namja yang tidak kalah tampan di antara para tamu persidangan. Jaksa muda itu menganggukkan kepalanya sekilas yang dibalas anggukkan pula dari namja tampan bersetelan hitam dikerumunan itu.

 

**

 

Namja tampan berpenampilan serba hitam dengan raut wajah aristocrat yang duduk di antara para tamu sidang, kini mengangkat ponselnya. Bibirnya yang tipis tertarik, membentuk senyum sudut yang mempesona.

“Okusama, anda sudah mendengar pengakuan wanita itu?”ujarnya seraya tersenyum separuh.

“Hai, kiita desu.”jawab wanita diseberang sana yang membuat namja itu semakin tersenyum bangga.

“Kwon Jiyong Geomchalnim, akan memastikan tuntutan kita dikabulkan.”ujar namja itu lagi.

“Hai, sampaikan salamku untuknya.”

 

**

 

*Kyuhyun’s POV*

 

Hhh~

 

Hembusan nafas itu terhela panjang dari rongga hidungku, melegakan relung paru-paruku yang memberontak dan berbuat onar dengan cara membuat asap tebal di dalam sana, membuatku sesak.

Bahkan sejak terjaga dari tidurku pagi ini, jantungku sudah ikut mengadakan demo besar-besaran. Buktinya, ia semakin keras berdetak dan memompa sel darah merah di tubuhku.

 

Setelan kemeja serba hitam, kacamata bening yang membingkai kedua mata dan jas yang tergenggam di tangan kiri, menjadi style andalanku pagi ini.

 

Diriku  gemetar dan gugup. Hari ini adalah hari dimana kejutan terakhirku, hadiah terbesarku akan dibuka. Ya, kejutan. Kejutan dari wanita yang kucintai, Yoon Hyejin atau lebih dikenal dengan nama besar Hiragawa Yukino.

 

Geurae, Yukino. Hampir 4 bulan yang lalu, di atas jembatan itu, ia mengejutkanku dengan ancaman dan senjata api di tangannya. Bukan hanya ancaman dan senjata, ia juga mengatakan bahwa ia akan membuatku merasakan apa yang pernah dirasakannya dan dia akan membuatku menyesal.

 

Dan Yukino, melakukan semuanya dengan sangat baik. Semua ancamannya bukanlah sekedar omong kosong. Karena apa, karena dia telah berhasil membuatku merasakan semua itu. Penyesalan, kehilangan dan penderitaan.

 

Sejak pertemuan kami yang terakhir, Yukino bagaikan seorang penyihir yang berhasil merubahku menjadi sebutir apel. Perlahan-lahan, sedikit demi sedikit, dia mengupas setiap inci bagian tubuhku dengan pedangnya yang tajam.

Ini memang hanya perumpamaan yang kujadikan gambaran akan hidupku yang sekarang. Aku adalah apel dan Yukino adalah orang yang berkuasa atas diriku.

 

Satu persatu, gadis itu memberiku kejutan yang menyamai hujaman pedang. Ketika kejutannya yang berupa sebuah kebenaran dibuka, maka saat itulah aku merasa bahwa diriku tengah dikuliti bagaikan sebutir apel. Dan hari ini adalah kejutan yang terakhir yang akan menghujamku sepenuhnya, tepat di tengah pusat hidupku.

 

Kejutan terakhirku, persidangan terakhir Seohyun, seseorang yang tak pernah sedikitpun terpikir  akan menjadi bintang utama dalam pusaran hitamku.

 

**

 

Setibanya di gedung besar berwarna putih untuk kesekian kalinya, kulangkahkan kakiku dengan helaan nafas yang terus saja terhembus tanpa kusadari.

Kilauan lampu blitz kamera para kuli tinta itu cukup menyilaukan, karena jumlah mereka yang tidak sedikit. Beruntung, aku bukanlah seseorang yang patut dikejar-kejar untuk bahan berita mereka. Sehingga, aku bisa langsung masuk ke dalam ruangan besar yang serba coklat dengan satu bangku di tengah ruangan, bangku pesakitan.

 

“Oh, Kyuhyun-ssi, kau datang?”sapa Jonghyun. Seorang pemuda tampan yang pernah menawariku pekerjaan, sekaligus mantan adik kelasku di SMA.

“Oh, ternyata kau datang.”tanyaku setelah menepuk bahunya kemudian duduk disisinya.

“Tentu saja aku datang, hari ini adalah pembacaan keputusan Hakim. Hari yang kutunggu.”

“Ya, kau benar. Inilah harinya”lirihku dengan helaan nafas yang berat.

“Hari yang sekali lagi akan mengejutkan kita semua.”

“Ya, kejutan yang akan membuatku menyesal sekali lagi. Terkuliti sekali lagi.”balasku dan kali ini Jonghyun menepuk bahuku. Dan ketika kutolehkan kepalaku kearahnya, Jonghyun menggedikkan kepalanya kearah pintu masuk Ruang sidang. Membuatku ikut beralih ke pintu masuk.

“Sepertinya bukan hanya kita yang menunggu hari ini.”ujar Jonghyun hampir berbisik.

 

Ketika pria tampan berstelan sama denganku, serba hitam, melintas di samping tempat dudukku, sontak tubuh ini bergerak berdiri. Gerakanku yang tiba-tiba dan terkesan terburu-buru menghentikan langkah pria tampan itu.

Setelah berhenti, pria itu menatapku lalu membungkukkan kepalanya sekilas, memberi hormat. Akan tetapi, sebelum aku sempat membalas salam hormatnya, ia sudah mengambil tempat di kotak Juri Jaksa penuntut.

 

“Ternyata hanya asistennya yang datang. Kukira Yukino akan ikut serta menyaksikan persidangan ini.”komentar Jonghyun ketika aku sudah kembali duduk disisinya.

“Seharusnya gadis itu datang. Karena walau bagaimana pun, ia hampir dituduh sebagai pelaku.”lanjut Jonghyun yang membuatku tersenyum sinis.

“Ia tidak akan datang.”gumamku.

“Ya, dia tidak akan datang. Karena dia sudah mempunyai tim pembela yang hebat, buktinya ia mendapatkan bantuan dari Kedutaan Besar Jepang dan Pengacara pemerintah. Orang-orang yang dapat segera membuktikan bahwa ia tidak terlibat.”

“Kau benar.”

“Tentu saja, aku benar. Syukurlah mereka dapat menghindarkan gadis itu dari kasus murahan seperti ini.”sinis Jonghyun yang membuatku menoleh.

 

Keinginanku untuk merespon kata-kata Jonghyun harus tertelan kembali karena pemberitahuan bahwa para dewan sidang beserta anggota telah tiba.

 

Sederet orang berpakaian khas memasuki ruangan. Lalu setelah mereka semua mengambil tempat masing-masing, gadis itu datang. Gadis cantik yang dulu selalu terlihat riang, kini tertunduk dengan wajah pucat dan mengenakan setelan berwarna oranye. Setelan khusus bagi para narapidana. Sungguh menyesakkan. Tapi, inilah kejutanku yang disiapkan oleh Yukino. Rasanya menyakitkan. Sekali lagi kulitku dikupas dari dagingnya.

 

**

 

Pengakuan Seohyun mengenai kematian Kang Minhyuk dan juga pembunuhan L dan Hongmin ahjussi membuatku seperti kehilangan jiwa. Aku tertegun bagaikan patung di tempatku.

Beberapa waktu ini aku masih menyangkal dan mengira bahwa ini adalah ulah Yukino. Ia menjebak Seohyun agar masuk ke dalam penjara, seperti apa yang pernah dilakukannya terhadap ayahku. Oleh karena itu sepanjang perjalanan sidang, aku selalu sangsi pada bukti-bukti yang diberikan oleh Jaksa. Aku masih percaya pada Seohyun.

 

Akan tetapi, hari ini adalah hari pembukaan kejutanku yang terakhir. Kejutan dari Yukino untukku. Kejutan besarnya. Penculikan, pembunuhan dan pembakaran itu, semua sudah dibuktikan dan diakui sendiri oleh gadis yang kupercaya tidak melakukan apapun.

Dan pengakuan yang meluncur dari mulut Seohyun adalah kejutan yang dimaksudkan oleh Yukino. Wanita yang kutuduh dan kusakiti hari itu tidak bersalah. Ia tidak melakukan apapun. Sekali lagi, akulah yang bersalah dan menyakitinya.

 

“Nona Seo Joohyun, berdasarkan hasil penyelidikan, bukti-bukti yang diberikan oleh yang anggota Jaksa Penuntut, juga berdasarkan kesaksian dari para saksi. Maka saya sebagai Hakim Ketua yang bertugas dalam persidangan ini akan membacakan kesimpulan sidang terlebih dahulu, sebelum saya mengemukakan keputusan saya atas kasus ini.”

 

Aku terhenyak dari lamunan ketika Hakim memulai kembali agenda sidang. Ruang sidang kini  berubah hening. Kulihat Seohyun duduk lurus dengan wajah terangkat. Melihatnya yang seperti itu, aku ingin memalingkan wajahku darinya. Kejutan Yukino yang diperuntukkan untukku akan dipaparkan detik ini, siap menghujaniku dengan sayatan-sayatan menyakitkan.

 

“Malam, tanggal 17 oktober, pukul 10 KST. Dilihat melalui perangkat CCTV yang terpasang di jalur bebas hambatan dari kota Seoul yang mengarah ke Ilsan, anda mengemudikan sebuah sedan berwarna silver dengan plat nomor Seoul berseri 142. Anda terbukti melakukan perjalanan dari kawasan Apgujeong-dong menuju Ilsan. Tepatnya Jl. Hong-san No. 11.”papar Ketua majelis sidang, membaca kesimpulan yang tertera pada kertas di tangannya.

 

“Saat itu anda mengenakan baju kimono berwarna hitam dan ditemani oleh 4 orang pegawai anda yang juga hadir di persidangan ini. Lalu setelah sampai di Villa milik Nona Hiragawa , yang ternyata juga menggunakan kamera CCTV aktif, anda terlihat memasuki bangunan villa bersama keempat pegawai anda.”

“Bukan hanya mendatangi tempat itu, tetapi anda juga telah terbukti melakukan tindak kekerasan pada empat orang yang tengah menginap disana, dan anda menghilangkan nyawa dua orang di antaranya. Disini dibuktikan bahwa anda menggunakan sebatang pemukul baseball dan sebilah pisau.”

 

Aku sepertinya mulai lemas, rasanya aku ingin sekali menjadi tuli. Sehingga aku tidak lagi mendengar pemaparan fakta yang diucapkan oleh Hakim. Aku ingin berteriak bahwa semua ini omong kosong. Tapi tidak bisa, karena inilah fakta yang harus kuhadapi. Inilah hadiahku yang disajikan oleh Yukino. Sebuah kebenaran.

 

“Setelah menghilangkan nyawa, anda beserta pegawai anda membakar bangunan milik Nona Hiragawa . Lalu setelah insiden pembakaran, anda terbukti kembali melakukan penculikan atas Nona Hiragawa  dan anda mengancam serta melakukan kekerasan fisik atasnya. Disini sudah ada 1 unit senjata api berjenis FN Five-Seven USG yang anda gunakan untuk mengancam Nona Hiragawa  beserta hasil pemeriksaan visum atas nama Nona Hiragawa.”

 

“Berdasarkan bukti baru dan juga bukti sebelumnya. Maka dengan ini dan juga ketentuan pasal yang mendasari perbuatan melanggar hukum, dalam hal ini pembunuhan, penganiayaan dan kekerasan fisik yang telah terbukti direncanakan. Saya menyatakan Nona Seo Joohyun, berhak mendapatkan hukuman maksimal adalah hukuman mati dan seringan-ringannya adalah 40 tahun penjara dengan denda nominal sebesar 1 milyar Won. Hukuman ini dijatuhkan karena Nona Seo Joohyun telah terbukti melakukan kekerasan yang menyebabkan kerusakan property, penghilangan nyawa dan juga pencemaran nama baik atas Warga Negara Asing.”jelas Hakim dengan suara lantang. Aku hanya dapat duduk diam dengan mata terbelalak di tempatku.

 

“Selain itu, Nona Seo juga akan mendapatkan hukuman tambahan selama 15 tahun penjara atas tuduhan palsu yang dilayangkannya dan juga atas pencemaran nama baik pada Nona Hiragawa  Yukino. Hukuman ini diberikan atas keputusan hukum yang tertera pada hukum Pidana Negara Jepang.”

 

 

#TOK..TOK..

 

 

Seiring pukulan palu, kakiku lemas dan punggungku terhempas begitu saja di kursi. Seohyun terbukti bersalah dan dia terbukti adalah pelaku dari semua kekacauan. Dan bukan hanya kebenaran yang menoreh luka di hatiku, tapi juga ingatan akan wajah kesakitan Yukino yang menghujamku.

“Yu..ki..no..mianhae..”gumamku sambil meremas rambut.

 

Aku ingin berteriak karena semua kemarahan yang membuatku bodoh. Aku ingin menusuk diriku sendiri karena telah seenaknya memukul Yukino dan sekali lagi membuatnya terluka. Aku pantas mati.

 

*Kyuhyun’s POV end*

 

**

 

Sidang telah berakhir. Keputusan telah diambil. Kyuhyun yang terlihat terpukul dari kejutan besarnya, kini beranjak lalu berjalan kearah Seohyun. Ia menghampiri sosok wanita yang sedang di bimbing oleh petugas kepolisian untuk keluar dari ruang sidang.

 

“Seo..”panggil Kyuhyun pelan yang membuat Seohyun mengangkat wajahnya.

 

Wajah yang pucat dan diliputi oleh kemarahan itu sontak berubah menjadi wajah kuyu ketakutan ketika Kyuhyun menatapnya. Gadis muda itu berusaha membuat wajah keras, menantang Kyuhyun, tapi hal itu tidak bertahan lama. Karena saat namja tampan itu menatapnya sayu, air mata Seohyun jatuh. Bibirnya bergetar menahan tangis.

 

“Kenapa Seo, kenapa kau harus melakukan ini semua?”Tanya Kyuhyun dengan suara rendah.

“Karena aku membenci wanita itu oppa.”

“Kau tidak mengenalnya Seo. Bahkan  kau tidak pernah sekalipun bertemu dengannya 8 tahun yang lalu.”balas Kyuhyun getir, ia tidak habis pikir.

“Aku memang tidak mengenal ataupun pernah melihatnya. Tetapi, malam itu ia merampasmu dariku, oppa. Aku melihatmu bersamanya malam itu, di apartemen.”

 

Wajah Kyuhyun memucat sekali lagi, mulutnya terbuka karena terkejut. Ia terkejut akan apa yang Seohyun katakan.

 

“Seo, ak..kau..”gumam Kyuhyun, suaranya sedikit tercekat.

“Ya, malam itu aku melihatmu mencumbunya dan kau terus mengucapkan namanya. Karena itu saat aku melihat pertengkaran teman-temanmu dengan pria itu, aku gelap mata.”ujar Seohyun begitu lancar, disela deru nafasnya yang sesak karena menahan tangis.

 

Namja tampan berkacamata itu terdiam karena lidahnya kelu. Ia tidak sanggup berkata apapun untuk membalas pengakuan gadis dihadapannya.

“Silahkan kalau kau ingin membenciku, oppa. Tapi aku tidak akan menyesal. Aku tidak menyesal telah melakukan ini semua.”ujar Seohyun dengan suara gemetar, tangisnya sudah di pangkal tenggorokkan.

 

Kyuhyun tidak membalas kata-kata Seohyun, sebaliknya, namja itu mengangkat tangannya lalu meraih kepala Seohyun. Memeluk kepala gadis itu di dadanya. Membuat Seohyun sontak menangis hebat. Terisak dan mengerang dalam dekapan namja yang ia cintai.

“Uljima~…ssshh..Uljimayo Seo..”bisik Kyuhyun lembut sambil mengusap ranbut Seohyun.

“Maafkan aku oppa. Maaf karena aku sudah begitu jahat pada kalian.”

“Ssshhh..uljima..”balas Kyuhyun lebih lembut dan Seohyun semakin menangis.

 

Sekitar lima menit Seohyun berada dalam dekapan Kyuhyun sambil menangis. Setelah itu, Seohyun lebih dulu melepas pelukan mereka. Gadis itu menatap Kyuhyun sedih dan gadis itu berujar pelan..

“Aku tidak akan menyesal membuat Hyejin kehilangan. Tapi, aku menyesal telah membuatmu kehilangan begitu banyak akibat obsesiku untuk membuatmu membenci gadis itu, oppa.”

 

Kyuhyun mengernyit ingin bertanya maksud Seohyun. Akan tetapi, gadis itu segera melanjutkan kata-katanya..

“Maaf karena dulu aku mencuri proposal tendermu, maaf karena dulu aku membocorkan rencana kerjamu sehingga kau kehilangan beberapa proyek. Dan satu lagi..”

“Satu lagi?”

“Maafkan aku karena hampir membuatmu kehilangan ahjumma.”

“Apa maksudmu, Seo?”

“Aku berbohong padamu dan yang lainnya, oppa.”

“Kebohongan apa lagi yang kau maksud Seo?”

“Ahjumma, bukan jatuh karena di dorong oleh Hyejin. Tapi akulah yang melakukannya. Hari itu aku marah besar karena ahjumma mengatakan bahwa Hyejin lah menantunya. Aku marah karena ahjumma terlihat begitu menyayangi wanita itu. Karena itu aku mendorongnya dari lantai dua dan mengatakan wanita itu lah yang melakukannya.”jelas Seohyun dengan suara seraknya.

“Wae? Waeyo, Seo?”

“Aku ingin kau membenci wanita itu dan kembali padaku, oppa. Aku ingin kau berpaling dari wanita itu.”jawab Seohyun tegas dan mengangkat dagunya.

 

Untuk kesekian kalinya, seorang Cho Kyuhyun terdiam mematung di dalam ruang sidang. Sekali lagi, namja tampan itu tertohok oleh kebenaran. Seohyun tersenyum sekilas di sudut bibirnya saat melihat Kyuhyun hanya diam menatapnya lekat.

 

“Tolong sampaikan permintaan maafku padanya, oppa. Jeongmal mianhae. Aku mencintaimu, Cho Kyuhyun.”ujar Seohyun memecah keheningan di antara mereka, kemudian bergerak dari tempatnya berdiri.

“Silahkan membenciku.”ujar gadis itu sekali lagi setelah menghentikan langkahnya.

 

Kyuhyun terhenyak dan ia segera membuka mulutnya ketika melihat Seohyun yang dibawa oleh petugas mulai menjauh darinya.

“Aku memang marah, Seo. Tapi aku tidak akan membencimu.”ujar Kyuhyun dengan suara cukup keras. Sehingga Seohyun kembali berhenti berjalan lalu berbalik menghadapnya.

“Kenapa kau tidak akan membenciku, oppa? Bukankah kesalahanku ini terlalu besar padamu dan juga semua orang?”Tanya Seohyun dengan mata kembali berkaca-kaca.

“Karena perasaan dibenci itu menyesakkan. Perasaan membenci itu membuat dunia sempit dan berkabut. Selain itu aku tidak ingin kejadian yang sama terjadi pada kita bertiga.”jawab Kyuhyun sambil berusaha mengulas senyum.

“Aku tidak ingin ada lagi perasaan benci di antara kita semua, Seo. Aku tidak ingin ada lagi dendam. Karena aku ingin kita semua saling menyayangi.”lanjut Kyuhyun dan Seohyun hanya dapat tersenyum getir sambil menangis.

 

Gadis muda yang ditemani dua orang petugas kepolisian itu pergi tanpa membalas kata-kata Kyuhyun. Ia menangis dalam perjalanannya meninggalkan ruang sidang, tetapi bibirnya tersenyum. Dan samar-samar ia mengucapkan..

 

“Terima kasih oppa. Terima kasih untuk tidak akan membenciku.”lirih Seohyun.

 

 

Dengan langkah pelan dan wajah tertunduk, Kyuhyun keluar dari dalam ruang sidang yang kini telah sepi. Tangannya masih setia meremas jas hitam yang tadi dipakainya. Namja itu tertegun dan menggigit bibir bawahnya. Ia juga sedang menahan rasa sakit yang mendera hatinya saat ini.

 

 

**

 

Diluar gedung pengadilan, tepatnya di bibir tangga pelataran gedung pengadilan, pria muda yang tadi dilihat Kyuhyun di awal persidangan, kini terlihat sedang berbicara dengan seseorang.

 

Pria bersetelan serba hitam seperti Kyuhyun, terlihat serius. Wajah tampannya sesekali menampakkan senyum cerah. Lee Donghae, itu namanya. Pria yang selalu berpenampilan rapi, necis serta formal. Kini terlihat lebih santai. Ia terlihat sedang berbincang dengan Jaksa muda Kwon Jiyong.

 

“Terima kasih karena anda sudah membantu kami dengan baik, Jaksa Kwon?”ujar Donghae sambil tersenyum.

“Tidak perlu sungkan, Tuan Lee. Ini memang sudah tugas saya sebagai Jaksa pembela untuk kalian.”balas Jaksa bernama Kwon Jiyong dengan ramah.

“Apakah dengan keputusan ini, wanita itu dipastikan akan terus mendekam di penjara dan Hiragawa-sama tidak akan diganggu oleh masalah hukum?”

“Ya, Tuan Lee. Dengan keputusan ini, maka Direktur Hiragawa tidak akan lagi diganggu oleh para petugas penyidik kepolisian.”

“Hiragawa-sama juga telah terbebas dari semua tuntutan hukum, dan ia terbukti tidak bersalah?”

“Mashimnida, Tuan Lee.”

“Kalau begitu, saya permisi Jaksa Kwon. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih banyak atas bantuannya.”ujar Donghae sambil membungkukkan kepalanya, memberi hormat.

“Baik, sampai bertemu lagi, Tuan Lee. Sampaikan salam saya pada Direktur Hiragawa.”

“Akan saya sampaikan.”

 

Donghae membungkukkan kepalanya sekali lagi, kemudian ia menuruni anak tangga, sementara Kwon Jiyong pergi meninggalkannya. Donghae berjalan menuju lapangan parkir, tapi ketika ia akan berbelok, seseorang memanggilnya.

 

“Hyung..”

 

Namja aristocrat itu berbalik dan ia mendapati Kyuhyun tengah berdiri di belakangnya. Donghae segera memberi salam dengan bungkukkan kepalanya.

“Anyyeonghasimnika, Tuan Muda Cho!”salamnya dengan nada formal seperti biasanya. Kyuhyun hanya tersenyum membalas sapaan Donghae.

“Ada yang bisa saya bantu, Tuan?”Tanya Donghae dan Kyuhyun lagi-lagi tersenyum getir.

“Apa kau mempunyai waktu sebentar? Mau minum denganku, Hyung?”balas Kyuhyun yang membuat Donghae mengerutkan dahi. Namun akhirnya menyetujui tawaran Kyuhyun untuk minum bersama.

 

**

 

Dua orang namja tampan, sama-sama mengenakan setelan hitam, kini tengah duduk berhadapan di sebuah kedai. Di meja mereka sudah ada sebotol anggur beras. Arak beras.

Terlihat Donghae sedang menuangkan arak itu ke mangkuk mereka dengan gaya khas orang Korea yang penuh tata krama. Sedangkan Kyuhyun hanya diam menatap mangkuk mereka yang sudah terisi arak beras.

 

“Senang bisa bertemu denganmu hari ini, Hyung. Bagaimana kabarmu?”ujar Kyuhyun pelan dan Donghae langsung menatapnya.

“Tidak apa-apa kan kalau aku memanggilmu ‘Hyung’?”Tanya Kyuhyun sambil mengangkat wajahnya, balas menatap Donghae. Dan Donghae menganggukkan kepalanya, setuju.

“Kabarku baik. Bagaimana dengan anda Cho Kwajangnim?”balas Donghae dengan nada suara terjaga dan formal.

“Panggil saja aku Kyuhyun, Hyung. Karena sekarang aku bukan General Manager lagi.”ujar Kyuhyun dengan senyum kikuk nya.

“Ye, algesseumnida, Kyuhyun-ssi.”lagi-lagi Donghae membalasnya dengan gaya formal. Membuat Kyuhyun mendesah pasrah.

 

“Kabar ku hari ini begitu buruk. Mendengarkan semua penjabaran kasus itu, membuatku sesak. Makanya aku mengajakmu minum.”

“Algeusseumnida (aku mengerti).”balas Donghae sambil menyesap araknya.

“Kau sudah mengetahui semua ini?”

“Aniyo.”

“Cih, kau begitu mirip dengannya. Begitu pelit dengan kata-kata, Hyung.”

“Nugusimnikka (siapa maksudmu)?”

“Hyejinnie..Yoon Hyejin.. Kalian begitu mirip. Tidak suka banyak bicara.”jawab Kyuhyun dengan mendesah panjang.

 

Namja berambut hitam itu mendesah sekali lagi, lalu menyandarkan punggungnya ke tembok.

“Kau hadir hari ini untuk mengetahui hasil persidangan? Bukankah kalian sudah  mempunyai Pengacara yang hebat, kenapa kau tetap datang?”Tanya Kyuhyun sambil menuangkan kembali arak ke gelasnya.

“Nona ingin melihat sidang ini secara langsung. Beliau memintaku datang dan melaporkan jalannya sidang.”

“Ah, geurokkeuna~. Apa kau membuat semacam rekaman video untuknya tadi?”tanya Kyuhyun dengan nada canda.

“Annimnida (Tidak). Saya hanya memberikannya siaran melalui sambungan telepon seluler.”

“Wah, daebak. Kau memang asisten paling handal.”puji Kyuhyun sambil bertepuk tangan kecil dan Donghae hanya membungkukkan kepala, berterima kasih. Donghae terlihat seperti tidak terbiasa berkelakar.

 

Kyuhyun akhirnya tidak melanjutkan usahanya untuk mencairkan suasana. Kediamannya membuat suasana di antara mereka terjalin sunyi senyap, hanya dentingan gelas dan botol arak yang terdengar, juga suara obrolan dari orang-orang di sekitar mereka saja yang memenuhi ruangan.

 

“Hyejinnie, jaljineseo (apakah Hyejin baik-baik saja) ?”tanya Kyuhyun akhirnya.

“Ya. Dia baik-baik saja.”jawab Donghae sederhana dan Kyuhyun mengangguk pelan.

“Apa yang terjadi padanya hari itu, Hyung? Apakah dia terluka?”Tanya Kyuhyun. Kali ini wajahnya terlihat cemas. Dahinya berkerut dalam.

“Annimnida. Uri agasshineun, gwaenchasseumnida. (Tidak. Nona kami baik-baik saja).”

“Dia tidak terluka? Seohyun tidak melukainya kan?”

“Hiragawa-sama, tubuhnya memang terluka. Karena hari itu, Nona Seo melukainya. Akan tetapi, dia baik-baik saja.”

 

Mata Kyuhyun bergerak gugup. Nafasnya terhela berat dan kepalanya bergerak gelisah. Setelah meneguk kembali arak berasnya, ia bertanya kembali.

“Benarkah ia tidak apa-apa? Geurom ijeneunyeo? (Lalu, sekarang bagaimana?)”

“Gwaenchasseumnida, doryeonim. Gokjeonghajimaseyo. (tidak apa-apa, Tuan Muda. Tidak perlu khawatir).”

“Aku benar-benar keterlaluan padanya saat itu. Aku hampir membunuhnya. Dia sakit tapi aku memukulnya dan aku tidak melakukan apapun ketika ia disakiti. Sebaliknya, aku malah mengira dia adalah wanita yang jahat.”

 

Donghae hanya terdiam melihat Kyuhyun meremas kuat rambutnya dan meracau menyalahkan dirinya sendiri yang telah menyakiti Yukino.

 

“Hyung, kau benar.”ujar Kyuhyun dengan suara lebih pelan dan wajah tertunduk sedangkan jari-jarinya bermain-main dengan gelas arak.

“Mwoga?”

“Tentang Hyejin. Tentang Yukino. Kau benar semuanya. Yukino, dia bukan seseorang yang jahat seperti bayanganku selama ini.”

“Mwomnika?”

“Dulu aku menuduh Yukino yang mencuri desainku, lalu aku membentaknya karena aku kehilangan proyek. Kemudian aku mengamuk padanya saat ibuku terluka.”

“Nona, tidak melakukannya. Ia tidak akan melukai siapapun atau bermain curang.”

“Arrayeo. Aku baru tau hal itu, baru saja.”desis Kyuhyun getir dan Donghae mengangguk pelan.

“Dia tidak mencuri apapun, tidak melukai siapapun dan bahkan memberiku dan keluargaku tempat bernaung yang begitu bagus. Tempat yang hangat untuk menghindari cuaca dingin, panas serta hujan. Tapi aku malah memukulinya, aku membuatnya hampir mati ketakutan.”

 

Kyuhyun merangkum wajahnya sendiri, membenamkan wajahnya ke dalam telapak tangan. Ia meraung frustasi, berusaha melepaskan rasa sesak yang menderanya.

“Nona memang membenci kalian. Ia ingin menghancurkan kalian, akan tetapi ketika ia bertemu Nyonya Cho, Nona menyukainya. Nona, menyayangi ibumu. Karena itu Nona tidak akan menyakiti ibumu. Dan sekedar informasi untukmu Tuan Cho, Nona bukan tipe orang yang akan menyakiti musuhnya secara fisik, kecuali jika memang diperlukan.”ujar Donghae pelan dan Kyuhyun menggeram lirih.

 

“Aku telah menuduhnya dan aku membuatnya sekali lagi membenciku.”erang Kyuhyun dan Donghae menepuk bahunya.

 

“Hyung, apakah dia baik-baik saja?”Tanya Kyuhyun lagi dan Donghae mengangguk.

 

Kyuhyun meluruskan duduknya lalu menatap Donghae lekat. Keduanya saling menatap.

“Hyung, kenapa kau tidak memberitahuku, kalau semua pemikiranku itu salah?”

“Aku bukan seseorang yang berhak mengatakan apapun padamu, Tuan Cho.”

“Kau benar lagi. Kau adalah Asisten Hyejin yang setia, jadi kau pasti tidak akan ingin berdekatan denganku. Apalagi berbaik hati padaku.”

“Bukan begitu, Tuan. Aku tidak mengatakan apa yang ku ketahui, karena aku tidak ingin kau salah paham jika aku memberitahumu. Mungkin saja saat aku memberitahumu yang sebenarnya, kau akan menganggapku berusaha meracuni pikiranmu.”

 

Kyuhyun tertegun beberapa detik sebelum akhirnya mengangguk setuju.

“Hyung, sudah berapa lama kau bekerja untuk Hyejin dan ayahnya?”

“Sudah cukup lama, tepatnya sejak Tuan Akihito merawat Nona.”

“Kalau begitu kau sudah cukup lama bersamanya? Apakah kau selalu berada disisinya, Hyung?”

“Anni, aku tidak selalu bersamanya. Karena Tuan Akihito baru beberapa waktu ini memberiku tugas untuk menjadi Asisten Nona.”

“Jadi kau baru saja menjadi Asistennya, lalu sebelumnya?”

“Hyunjo sunbaenim adalah Asisten utama Nona Hiragawa .”

“Lee ahjussi?”

“Iya, Lee ahjussi. Dia menjadi Asisten utama Nona, karena dia adalah mantan Asisten Direktur Yoon, ayah kandung Nona. Dia dan Han ahjumma adalah keluarga Nona. Orang yang bertanggung jawab langsung atas Nona kami.”

“Jadi begitu. Pantas saja Lee ahjussi begitu berbeda. Seperti seorang ayah. Tapi kalau kau baru saja beberapa waktu menjadi Asistennya, kenapa kau begitu mengerti semua kebiasaan maupun keinginan Hyejin?”

“Saya banyak belajar dari Hyunjo sunbaenim dan saya juga belajar mengingat segalanya mengenai Nona saat saya menjadi terapis pribadinya, juga sebagai pasangan latihan bela dirinya.”jelas Donghae sambil menyeruput araknya.

“Ah, jadi kau juga menjadi pasangan berlatihnya. Pantas saja kau begitu terlatih.”puji Kyuhyun dengan senyum sumringahnya.

 

“Hyung, kau begitu memahami Hyejin. Kau selalu mendampinginya dan kau selalu memikirkannya. Apakah kau mempunyai suatu perasaan khusus padanya?”kali ini ganti Donghae yang terlihat bingung. Ia menatap Kyuhyun dengan dahi mengernyit dalam.

“Kau mencintai Hyejin?”Tanya Kyuhyun meyakinkan dan Donghae terkejut.

 

Donghae tidak segera menjawab pertanyaan Kyuhyun. Sebaliknya, perlahan ia mengangkat gelas araknya untuk kemudian menyesapnya kembali. Setelah menyesap arak, Donghae terlihat mengambil nafas dalam dan memasang kembali topeng aristokratnya.

“Ya, saya menyukai Nona. Saya sangat mengaguminya. Akan tetapi, itu adalah masa lalu.”jawab Donghae yang membuat Kyuhyun mengerutkan dahinya kembali.

“Dulu?”

“Seperti yang pernah ku katakan pada anda sebelumnya Cho Kwajangnim. Saat ini saya hanya bertugas sebagai pengawal sekaligus asisten pribadinya. Jabatan yang saya pegang tidak mengizinkan saya menyukai Nona sebagai seorang wanita. Karena itu adalah salah satu bentuk pengkhianatan pada organisasi kami.”

“Mwo? Jadi karena hal ini kau melupakan perasaanmu untuknya?”

“Ya. Saat ini saya hanya akan mengabdi pada Nona sebagaimana kewajiban yang diembankan pada saya. Saya hanya menyukai dan mengagumi Nona sebagai atasan saya.”

“Cih! Bagaimana mungkin kau begitu mudah melupakan perasaan cinta hanya karena jabatan konyol.”

“Tidak semua orang mempunyai pemikiran naïf seperti anda Tuan Muda Cho. Cinta dapat kita berikan dalam segala cara, bukan hanya melalui hubungan antar kekasih. Selain itu, Tuan Akihito adalah orang yang sangat saya hormati. Oleh karena itu, saya tidak akan mengkhianati kepercayaannya pada saya.”ujar Donghae yang membuat Kyuhyun terdiam.

“Kudengar kau adalah seorang calon dokter, Hyung. Kenapa kau memilih untuk menjadi anggota Yakuza? Apakah keluargamu tid..”

“Annimnida. Keluargaku tidak menentang pilihanku, karena ini jalan hidupku, jalan yang kuinginkan. Selain itu, Tuan Akihito telah berbaik hati membantu keluargaku ketika kami mendapatkan masalah. Jadi, semua tidak masalah.”

“Lalu alasanmu bergabung?”

“Agasshi ttemuniya (karena Nona). Alasanku bergabung adalah Nona. Aku ingin menjaganya. Membantunya keluar dari ketakutan dan bertahan untuk terus hidup.”

“Hyejinnie~..apakah sekarang dia sudah lebih baik keadaannya? Apakah traumanya tidak dapat disembuhkan?”

“Apakah hal ini penting bagimu, Tuan muda Cho? Bukankah Nona sudah membuatmu hancur, kenapa kau tetap memperdulikannya?”balas Donghae.

“Sarang innika. Karena aku mencintainya, maka hal ini penting bagiku Hyung.”

“Kau begitu naïf, Tuan Muda Cho.”ujar Donghae kemudian beranjak dari tempatnya.

 

“Aku memang naïf. Dan kenaifan itu kudapatkan karena Hyejin. Karena dia adalah gadis pertama yang membuatku jatuh cinta.”balas Kyuhyun dan Donghae hanya tersenyum mendengarnya.

“Wakarimashita, Cho-sama. Akan tetapi, bolehkah kusarankan sesuatu pada anda?”

“Mwoga?”

“Anda boleh menyimpan cinta dan memperjuangkannya dengan segala cara. Akan tetapi, jangan sampai anda terus terfokus pada masa lalu yang akhirnya membuat diri anda harus terjebak dalam zona waktu yang membeku. Dan, tidak semua cinta ataupun harapan hidup dapat kita miliki, karena takdir Tuhan masih berlaku dalam kehidupan manusia.”ujar Donghae sambil memakai jas hitamnya kemudian berbalik memunggungi Kyuhyun yang tertegun.

 

Donghae melangkah perlahan, dan saat langkah kaki yang ketiga, namja itu kembali menghadap Kyuhyun.

 

“Selama 4 bulan ini, Nona sudah belajar banyak. Ia belajar untuk memaafkanmu, ia belajar untuk melupakan kenangan masa lalunya yang pahit, ia belajar untuk keluar dari traumanya. Nona Hiragawa  telah memulai membuka lembaran baru dan ia memulai untuk menata hidupnya lebih baik dari sebelumnya. Jadi, kuharap anda pun melakukan hal yang sama Tuan Cho. Bukalah lembaran barumu sendiri.”ujar Donghae yang membuat Kyuhyun mengangkat wajahnya, tersadar dari lamunan sesaatnya.

 

“Hyung, jika aku ingin bertemu Hyejin sekali lagi, apakah ia akan bersedia menemuiku?”Tanya Kyuhyun dengan nada suara rendah.

“Temuilah Nona ketika kau sudah menjadi seseorang yang lebih baik. Jadilah seseorang yang hebat, sehingga ketika kau bertemu dengannya, kalian dapat berdiri saling berhadapan tanpa ada salah satu dari kalian yang lebih rendah.”jawab Donghae dengan senyum tipisnya.

“Hyung, boleh aku meminta satu pertolongan darimu?”

“Apa?”

“Bisakah kau mengirimiku surat setiap kau sempat? Aku ingin sekali mengetahui kabar atau apapun yang tengah dilakukan Hyejin. Aku ingin mengetahui segala tentangnya. Jadi, bisakah kau mengirimiku surat, Hyung?”wajah Kyuhyun terlihat penuh harap dan Donghae terlihat berpikir.

“Kumohon, Hyung.”lirih Kyuhyun dan Donghae tidak menjawabnya.

 

Mata Kyuhyun mengerjap perlahan ketika menatap kepergian Donghae dari kedai tempat mereka minum. Bibir Kyuhyun perlahan tersenyum dan matanya berbinar indah walau tersimpan sedikit kekecewaan atas penolakan Donghae.

 

“Aku akan menjadi seseorang yang lebih baik mulai detik ini. Dan aku juga akan sepertimu Yoon Hyejin, membuka lembaran hidupku yang baru..”lirih Kyuhyun dengan senyum bahagianya.

 

**

 

*Backsound : Super Junior – Destiny*

*Backsound : Super Junior – Hanamizuki*

 

= A Years later =

 

Kyoto. Salah satu Prefektur terindah di Jepang. Kota yang terkenal akan peninggalan sejarahnya. Bukan hanya terkenal akan situs-situs sejarah yang masih terjaga, akan tetapi di kota ini juga terkenal dengan kebudayaan Jepangnya yang kental. Bahkan semua orang di penjuru dunia mengetahui bahwa di tempat inilah banyak sekali tinggal para Geisha yang cantik dan juga para samurai yang hebat.

 

Benar sekali, para samurai juga banyak yang tinggal di daerah ini. Dan salah satu keluarga dari keturunan samurai yang menjadi Tetua bagi organisasi Yakuza Jepang, tinggal disini.

Hiragawa. Keluarga yang diketahui merupakan keturunan dari salah satu samurai terkenal pada masanya, masih bertahan tinggal di Kyoto. Tepatnya di distrik Gion. Salah satu daerah yang dikenal sebagai District of Geisha.

 

**

 

Derik kumbang musim panas telah berbunyi saling bersahutan. Waktu telah menunjukkan pukul 8 pagi. Walau terbilang siang untuk suasana musim panas, tetapi sinar matahari belum terlalu terik bersinar.

 

Suara khas Makugyo dari kuil Shinto, gemerincing lonceng yang ditarik oleh para pendoa, gemericik aliran air kanal, menjadi music alam bagi penduduk Gion. Membuat ketenangan di tempat ini semakin memanjakan telinga.

 

Pemandangan wanita-wanita Jepang yang mengenakan kimono, warna-warni dedaunan pohon rindang yang menjulang di setiap sudut kota pun menambah keindahan pagi ini. Seperti sebuah lukisan hidup.

 

**

 

Derit pintu gerbang kayu yang dibuka perlahan. Hentakkan getha teralun rendah.

 

Terlihat dua orang wanita mengenakan kimono tradisional Jepang keluar dari sebuah rumah besar. Gadis muda yang mengenakan kimono coklat muda beraksen bunga sakura, berjalan lebih dulu. Sedangkan wanita yang lebih tua darinya berjalan di belakang.

Kedua wanita itu berjalan menuju sebuah kuil yang terletak tidak jauh dari kediaman mereka.

 

Gadis berambut hitam sepunggung terlihat berdoa dengan mata terpejam di hadapan patung Dewa. Setelah selesai ia memasukkan beberapa uang koin ke dalam kotak bamboo yang terdapat di altar, lalu membunyikan lonceng kuil, kemudian ia menepukkan telapak tangannya.

 

Selesai berdoa, gadis muda itu melihat ke sekeliling area kuil yang terlihat cukup lengang.

“Okusama, apa anda mau langsung pulang?”Tanya wanita  berusia di akhir 30-an pada gadis yang lebih muda.

“Iie, aku mau berjalan – jalan sebentar.”jawab gadis berkimono coklat sambil menuruni anak tangga kuil.

“Obasan, hari ini tanggal berapa?”Tanya sang gadis ketika mereka telah sampai di undakan anak tangga yang terakhir.

“Tanggal 17 Juli, okusama. Nani desuka?”

“Aku mau melihat perayaan di kuil. Kau mau mengantarku?”

“Hai, okusama.”

 

**

 

Gion matsuri. Itu nama perayaan yang berlangsung di Gion. Perayaan yang selalu diselenggarakan di bulan juli selama sebulan penuh. Event ini diadakan di seluruh district Gion, tepatnya di setiap kuil yang terdapat di daerah ini dan berpusat di Kuil Yasaka. Kuil terbesar yang menjadi ikon kota Gion.

 

Kuil Yasaka terlihat cukup ramai. Banyak wanita-wanita muda yang mengunjungi kuil dengan mengenakan Yukata. Begitu pula dengan gadis Jepang yang tadi berjalan kaki dari kompleks tempat tinggalnya.

Gadis muda itu terlihat antusias saat memasuki area kuil Yasaka. Kakinya yang mengenakan sandal kayu khas Jepang berjalan perlahan melintasi jalan setapak menuju tangga kuil. Bibirnya terus tersenyum ketika ia melihat para pedagang yang menjajakan kuliner di sepanjang jalan setapak.

 

“Anda mau mencoba salah satu makanan yang dijual, Okusama?”Tanya wanita berkimono hitam pada gadis di depannya. Namun sayang sekali, gadis itu menolak.

“Aku hanya ingin melihat dan berdoa di kuil.”

“Baiklah kalau begitu.”

 

Keduanya kembali masuk ke dalam kuil. Gadis muda itu kemudian kembali berdoa di dalam kuil, bersama dengan para pengunjung lain yang juga berdoa disana.

 

**

 

Gadis muda berkimono coklat itu kini telah duduk di salah satu bangku batu di area kompleks kuil. Ia duduk sendirian menunggu wanita yang sejak tadi menemaninya, karena saat ini wanita itu tengah membelikannya sesuatu.

Kedua mata teduh berwarna coklat itu menatap keramaian pengunjung kuil dalam diam. Bibirnya sesekali tersenyum ketika melihat anak-anak kecil berlari kesana kemari dan bersenda gurau.

 

Beberapa menit berlalu dan ketenangan gadis itu terusik oleh bunyi berisik tidak jauh dari tempatnya duduk. Gadis muda itu sontak berdiri dari tempatnya dan matanya membulat ketika melihat seorang anak kecil terjatuh di anak tangga.

 

“A! Daijobu? (Oh! Apa kau tidak apa-apa?)”Tanya gadis itu setengah berteriak. Ia begitu terkejut.

 

Gadis muda itu kini sudah berjongkok sambil membantu anak laki-laki kecil yang terjatuh untuk berdiri. Bocah laki-laki itu meringis sambil memegangi lututnya ketika berdiri perlahan.

 

“Daijoubu desuka? (apakah kau baik-baik saja?)”Tanya gadis itu sekali lagi dengan cemas dan bocah yang dibantunya hanya balas menatapnya dengan dahi berkerut.

“Anata wa kizutsuite imasuka? Kizutsukete imasenka?(Apakah kau terluka? Apakah ada yang terasa sakit?)”Tanya gadis itu sekali lagi.

 

Bocah laki-laki yang berada di dalam rangkulan lengan gadis itu hanya terdiam. Wajahnya sudah memerah dan dahinya berpeluh. Akan tetapi, ia hanya diam. Matanya juga memerah karena menahan tangis.

 

“Daijobu?”Tanya gadis itu sekali lagi dan ia menghela nafas ketika bocah laki-laki itu tidak juga merespon pertanyaannya.

“O~.. anata ga rikai dekinaideshou. Gomenasai..”desah gadis itu ketika menyadari kesalahan dirinya.

 

Tanpa bertanya kembali, gadis berkimono itu membantu si bocah laki-laki untuk berdiri. Kemudian ia menggendongnya ke bangku taman. Gadis muda itu mendudukkan si bocah laki-laki. Kemudian ia berjongkok di hadapan sang bocah.

Tangan gadis itu bergerak hati-hati menaikkan ujung celana pendek sang bocah, ia ingin memeriksa apakah bocah itu terluka atau tidak. Bibir gadis itu mengeluarkan ringisan lirih ketika ia melihat lutut bocah kecil itu terluka.

 

“Are you okay? Is this hurt?”Tanya gadis itu kembali dengan raut cemas. Sang bocah masih diam dan menatapnya lekat. Akan tetapi kali ini ia menggeleng.

“Honto desuka? Are you sure?”tanya gadis itu untuk meyakinkan dan sang bocah mengangguk pelan.

“Hai, wakatteru. Dete kite kudasai o!”ujar gadis itu, memberi perintah lalu pergi menghampiri keran air yang memang tersedia di taman.

 

Bocah laki-laki yang mengenakan t-shirt biru muda, bercelana pendek hitam dan menyandang sebuah tas ransel berwarna merah terang, menatap sosok wanita yang baru saja menolongnya. Mata kecilnya yang sipit mengikuti setiap gerakkan sang wanita.

Lalu, ketika wanita berkimono itu berjalan kembali kearahnya, bocah kecil itu meluruskan posisi duduknya. Mata kecilnya kembali mengikuti gerakkan wanita berkimono yang kini berjongkok di hadapannya sambil membersihkan lukanya.

 

“It will little bit hurt, but its okay. You’ll be fine..”ujar sang gadis pada sang bocah kemudian ia tersenyum lembut.

 

Setelah beberapa detik berlalu, gadis itu menghentikan gerakan tangannya, kemudian kembali menatap sang bocah.

“Naze anata wa hitori de koko ni iru, papa to mama wa doko ni arimasuka? (kenapa kau sendirian, dimana papa dan mama mu?)”tanya gadis itu dalam sekali tarikan nafas sambil menggenggam kedua tangan sang bocah.

 

“Papa and mama, where are they?”ulang gadis itu agar si bocah mengerti dengan pertanyaannya.

 

Sebuah jawaban tidak keluar dari mulut sang bocah, akhirnya gadis itu hanya dapat menghela nafas kemudian melanjutkan aktifitasnya membersihkan luka sang bocah.

“You don’t understand English, Japanese neither. Where do you come from for exactly?”gumam wanita itu sambil terus menyeka luka di lutut sang bocah.

 

“A..the..na..”gerakan tangan gadis itu terhenti ketika gumaman keluar dari mulut sang bocah.

“A..then..na ah..jum..ma..”gumam bocah itu sekali lagi.

 

Tangan sang gadis yang menggenggam sapu tangan basah itu sudah terhenti dan sekarang kepalanya bergerak pelan untuk menatap sang bocah. Kedua mata hazel itu terlihat kosong menatap sang bocah.

 

“Athena ahjumma, geutchi?”Tanya sang bocah yang membuat gadis itu terdiam. Keadaaan berbalik saat ini.

“Athena? Athena ga, dare desuka?”balas gadis itu, bertanya pada sang bocah.

“Kau, Athena ahjumma?”tanya sang bocah sekali lagi dengan tatapan lugu.

“Si..”

 

“Hyun!”teriak seseorang di tengah keramaian. Dan detik itu pula terdengar derap langkah orang berlari mendekat.

 

“Appa!”pekik sang bocah riang ketika seorang pria berdiri tegak di sisi gadis yang kini masih berjongkok di depan sang bocah.

“Hei, kemana saja kau, appa mencarimu kemana-mana?!”

“Aku tadi ingin melihat layang-layang disana.”

“Seharusnya kau menunggu appa, bagaimana kalau kau tadi hilang, hah?”

“Mianhaeyo appa..”bibir kecil sang bocah mengerucut dan matanya menatap sang ayah, meminta maaf.

“Dwaesseo, tapi lain kali kau tidak boleh pergi begitu saja. Ini bukan di rumah, jadi jika ingin pergi kau harus menunggu appa.”

“Arraseo, appa.”gumam sang bocah kemudian ia kembali menunduk menatap lututnya.

 

Sang ayah yang masih berdiri menatap anaknya itu kini menyadari sesuatu. Ia baru menyadari bahwa di antara mereka ada seorang wanita yang berjongkok menghadap anaknya sambil memegang selembar sapu tangan basah di atas lutut sang bocah.

“Hyun, kau terluka?”Tanya sang ayah panic lalu ikut berjongkok di depan anaknya.

“Appa, tadi aku terjatuh dan lututku terluka.”

“Neo gwaenchana? Manhi appo, Hyun-ah?”

“Anni, nan gwaenchana appa.”

“Jinjja?”

“Jinjjayo.”

“Ah, syukurlah.”desah sang ayah penuh syukur sambil mengusap dada kirinya.

 

Pria berkacamata itu menolehkan kepala ke arah wanita yang masih berjongkok diam di depan anaknya. Bibir pria itu tersenyum ketika melihat wajah sang wanita yang tertunduk disampingnya.

 

“Arigatou gozaimasu, Mi..”

 

Nada riang penuh semangat itu perlahan menurun dan akhirnya menghilang, tercekat di kerongkongan, membuat kata-kata yang ingin diucapkannya terputus begitu saja. Bola mata hitam di balik lensa itu membulat karena terkejut.

 

“Yu..ki..”lirih sang pria dengan mata terbelalak dan bibir bergetar.

 

Perlahan wajah sang wanita bergerak, menoleh ke arah sang pria. Mata  mereka bertemu, membuat waktu seakan berhenti berputar. Keduanya terdiam dan mematung di tempatnya masing-masing. Lalu tangan sang pria dengan gerakan pelan, melepaskan kacamata yang membingkainya. Sementara sang wanita menatapnya datar.

 

“Yukino, matchi? Hira.Gawa. Yu.Kino.Desuka?”Tanya sang pria terputus-putus. Matanya menelusuri setiap inci wajah sang wanita, takjub.

“Lama tidak bertemu, Yuki, apa kabar?”gumam sang pria masih dengan raut wajah terkejut. Sedangkan sang wanita hanya terdiam menatapnya.

 

“Appa, I ahjumma, Athena, geutchi?”Tanya bocah bernama Hyun dan dijawab anggukkan oleh ayahnya.

 

Yukino menoleh kearah Hyun ketika anak itu bertanya. Dahi wanita itu berkerut samar ketika menatap Hyun. Dan sekilas bibir Yukino tersenyum pada dirinya sendiri. Setelah itu ia berdiri. Gerakannya membuat sang pria juga ikut berdiri.

 

“Konichiwa Cho-san!”salam Yukino setelah berdiri dan membalas tatapan sang pria.

“Ye, Konichiwa..”balas sang pria kelu. Ia terlihat bodoh dan kehilangan arah untuk menyikapi pertemuannya dengan Yukino.

“Ini anakmu, Tuan?”Tanya Yukino yang hanya dijawab anggukkan.

“Hm, wakatta. Pantas saja ia tadi tidak mengerti bahasa Jepang, ternyata dia orang Korea. Ann-yeong-haseo Cho doryeonim, nae ireum Hiragawa Yukino desu!”ujar Yukino sambil membungkuk kearah sang anak.

 

Sang anak terlihat tidak mengerti melihat sikap formal Yukino, sedangkan sang ayah hanya diam mengikuti setiap gerak-gerik sang wanita.

 

“Anak anda tadi sepertinya tergelincir di tangga. Lututnya terluka, tapi aku sudah membersihkannya. Anda bisa mengobatinya setelah pulang nanti, Cho-san. Senang bertemu dengan kalian. Geurom.”ujar Yukino, berpamitan.

 

Tanpa menunggu respon dari pria yang disapanya Tuan Cho, wanita itu berbalik dan hendak meninggalkan area taman. Akan tetapi, tangan pria itu menahan lengannya. Membuat Yukino menoleh dan berhenti.

 

“Chak.kam.man..”pinta sang pria dengan mata sendu dan penuh pengharapan. Sedangkan Yukino hanya melirik tangan pria yang sedang menggenggam lengannya.

“Aku, ingin bicara denganmu Yuki-ya..”ujar pria itu ketika Yukino menatap wajahnya. Membuat wanita itu terhenyak.

“Apa yang ingin kau bicarakan denganku, Kyuhyun-ssi?”balas Yukino dan panggilan Yukino akan namanya membuat pria itu terkejut kembali.

 

“Banyak. Banyak sekali yang ingin kubicarakan denganmu Yuki. Jadi bisakah kita bicara?”Kyuhyun menatap lurus ke dalam mata Yukino. Bahkan tangannya yang masih memegang lengan wanita itu bergerak perlahan, meremas lembut.

 

“30 menit? Annida, 20 menit? Atau 10 menit? Ya, jika kau keberatan 10 menit saja sudah cukup Yuki-ya..”ujar Kyuhyun ketika Yukino tidak kunjung menjawab.

“5 menit. Aku hanya ingin memberimu 5 menit. Apa kau keberatan?”ujar Yukino tanpa melepaskan tatapannya di wajah Kyuhyun.

“Geurae, 5 menit.”senyum lega Kyuhyun terulas dan ia segera melepaskan pegangannya di lengan Yukino.

 

**

 

Kyuhyun dan Yukino duduk bersisian di bangku batu taman. Di tengah mereka sudah ada Hyun yang juga duduk sambil menggerak-gerakan kakinya. Dan disamping Yukino sudah ada asistennya yang baru saja kembali dari kedai penjual minuman.

 

“Jadi apa yang ingin anda bicarakan, Kyuhyun-ssi? Jangan lupa, waktumu terus berjalan. 5 menit mu akan segera habis.”ungkap Yukino saat Kyuhyun masih belum memulai pembicaraan di antara mereka.

“Ah, jesonghamnida.”Kyuhyun yang terhenyak akhirnya membuka mulut.

“Waktumu tinggal 4 menit, Tuan.”ujar Yukino sambil melihat ke dalam jam tangannya. Peringatan ini membuat Kyuhyun semakin gugup dan terlihat kesulitan memilih kata-katanya.

 

Sementara Kyuhyun sedang kesulitan memilih kata. Hyun, sang bocah yang duduk di antara mereka, membuka mulutnya untuk bertanya pada gadis Jepang itu.

“Ahjumma, kenapa sejak kita bertemu, kau tidak menanyakan namaku? Apakah kau tidak ingin berkenalan denganku?”Tanya Hyun sambil menatap wajah Yukino lekat. Bibirnya mengerucut. Sedangkan Yukino menunduk menatapnya yang sedang asyik menyandarkan kepala di lengan sang ayah.

“Ireumi mwoeyo?”Tanya Yukino tanpa basa-basi, membuat sang bocah semakin mengerucutkan bibirnya.

“Athena ahjumma, kenapa kau bertanya seperti itu pada anak kecil, seharusnya kau bisa lebih manis padaku.”protes Hyun yang membuat sang ayah membekap mulutnya.

“Ya! Cho Hyun, jangan bicara seperti itu.”omel Kyuhyun dan Hyun terus meronta dalam bekapan tangannya.

“Appa, aku kan hanya ingin memberitahu Athena ahjumma cara bertanya yang baik.”ujar Hyun ketus saat ia sudah berhasil melepaskan telapak tangan ayahnya.

 

“Hai, wakarimashita. Doumo sumimasen, Hyun-kun.”ujar Yukino sambil membungkuk sekilas, membuat sepasang ayah dan anak itu berhenti berargumen.

 

“Apa kabar? Siapa namamu, teman kecil?”lanjutnya dan Hyun segera meluruskan punggung, untuk duduk lebih sopan.

“Joneun, Cho Hyun-iyeyo.”jawab Hyun dengan suara pelan dan Yukino tersenyum lembut.

“Berapa umurmu? Apa kau sudah sekolah?”

“Hmm, 5 tahun. Aku sekolah di TK B.”

“O~ shugoi ne, Cho Hyun-kun!!”

 

Tangan Yukino terangkat dan mengusap puncak kepala Hyun. Melihat senyum dan keramahan Yukino pada anaknya, bibir Kyuhyun pun tersenyum.

“Ahjumma, hmm kenapa kau menjadi orang Jepang?”Tanya Hyun dengan polosnya.

“Kau mengenalku? Kenapa kau memanggilku dengan sebutan Athena?”balas Yukino.

“Karena appa. Appa mengatakan bahwa kau adalah Athena. Gadis yang sangat hebat dan keren.”

 

Yukino hanya tersenyum separuh saat mendengar jawaban Hyun yang polos. Sedangkan sang ayah terlihat gugup mengusap tengkuknya.

 

“Athena ahjumma, appa mengatakan padaku bahwa kau pandai menggunakan pedang dan kau pintar memanah, apa itu benar?”Yukino hanya mengangguk pelan lalu ia beralih menatap Kyuhyun yang memeluk anaknya dari belakang.

“Appa juga bilang kau sangat cantik. Dan kurasa kau memang sangat cantik, lebih cantik dari fotomu yang disimpan appa di dalam buku.”puji Hyun.

“Ne? Foto?”

“Hm, ayahku menyimpan fotomu di dalam buku agendanya. Setiap malam appa selalu melihatnya sebelum tidur lalu ia akan menceritakan semua tentangmu padaku.”

 

Yukino terdiam dengan tertunduk, wajahnya memerah namun mengeras. Tangannya  mengepal di atas pangkuan. Sementara Kyuhyun terlihat cemas melihat Yukino yang seperti itu.

 

“Yuki..”

 

“Athena ahjumma, kapan kau akan pulang dan tinggal bersama kami?”pertanyaan mengejutkan bagi kedua orang dewasa yang masih canggung satu sama lain. Yukino mengangkat wajahnya dan kembali menatap Hyun.

“Namaku Yukino, bukan Athena. Rumahku ada disini, jadi aku tidak akan kemana-mana. Selain itu, kehidupanku adalah disini, aku tidak ak..”

“Apa kau masih marah pada appa? Karena kau marah padanya, maka kau tidak akan pulang bersama kami?”potong Hyun yang membuat Kyuhyun semakin cemas akan reaksi Yukino.

 

“Hyun-ah!”sergah Kyuhyun yang tidak diperdulikan oleh Hyun.

 

“Ahjumma, waktu mendapat pekerjaan di Jepang, appa sangat senang. Dia bilang padaku kalau ia ingin menemuimu. Ia juga mengajakku kesini untuk mencari rumahmu. Kar..”

“Hyun-kun, aku tidak akan kemana-mana. Disini rumahku. Kau dan ayahmu mempunyai kehidupan sendiri yang di dalamnya tidak ada aku. Aku sudah belajar untuk tidak membenci ayahmu, aku belajar memaafkannya. Tap..”

“Kalau kau sudah memaafkan ayahku, kenapa kau tidak mau pulang bersama kami?”Tanya Hyun keras kepala.

 

“Hei, kau tidak bisa membawaku pulang kerumahmu. Karena kau punya ibu kan. Aku ini hanya orang asing yang pernah bertemu dengan ayahmu. Jadi aku tidak akan pergi bersama kalian.”ujar Yukino tenang sambil mengusap kepala Hyun, kemudian ia beranjak.

 

“Cho Kyuhyun-ssi, sepertinya kau harus menjelaskan lebih baik kepada anakmu tentang hubungan kita. Luruskanlah kesalah pahaman kalian.”ujar Yukino seraya beranjak dari tempatnya.

“Waktu 5 menitmu telah berlalu 3 menit yang lalu, Tuan Cho. Jika tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, maka saya permisi.”sambung Yukino sambil merapikan kain kimononya.

 

“Salam untuk ibumu, Hyun-kun. Senang sekali bertemu denganmu hari ini.”lanjut Yukino sekali lagi dengan senyuman lembutnya kemudian berjalan pergi.

 

“Aku tidak punya ibu!”teriak Hyun. Tangis anak itu pecah dan membuat Yukino berhenti melangkah.

 

“Appa~ kau bilang, kalau aku menjadi anak yang baik maka Athena ahjumma mau menjadi ibuku. Tapi kenapa sekarang ia tidak mau bersama kita?”Tanya Hyun disela tangisnya. Kyuhyun yang mendengar pertanyaan bocah kecil itu hanya dapat memeluknya erat. Menepuk lembut punggungnya.

“Kenapa aku tidak punya ibu, appa..?”isak Hyun di bahu Kyuhyun.

“Ssshh~..Uljimarayo, hyun-ah..”tenang Kyuhyun lembut.

 

Yukino berdiri tertegun menghadap ayah dan anak yang tengah berpelukan itu. Mata gadis itu menatap menyelidik kearah mereka. Kyuhyun yang melihat Yukino masih berdiri tidak jauh darinya, akhirnya menggendong Hyun dan menghampiri Yukino. Setelah  Kyuhyun berdiri di hadapannya, Yukino pun mendongak.

 

“Hyun adalah hadiahmu yang terakhir untukku, Yuki-ya..”ujar Kyuhyun sambil menepuk punggung Hyun yang kini terisak pelan di bahunya.

“Apa maksudmu?”

“Seo, mengandung Hyun saat ia dipenjara. Hyun adalah hadiahmu untuk kami berdua.”

“Kalau Seo adalah ibunya, ken..”

“Seo meninggal ketika melahirkan Hyun.”

“Mwo?”

“Ya, Seo meninggal 5 tahun yang lalu. Karena itu Hyun hanya punya aku. Dan aku hanya punya Hyun.”

“Kalian berdua menikah?”

“Ya, kami menikah demi Hyun.”

“Lalu ia meninggal saat melahirkan anak ini? Apakah kau merasa kehilangan gadis itu?”Tanya Yukino tenang.

“Ya, aku kehilangannya. Dan saat aku merasakan perasaan itu, aku ingat padamu. Aku merasakan perasaan sakit yang kau rasakan Yuki-ya..”

 

Jawaban Kyuhyun membuat Yukino terhenyak, nafas berat terhela dari hidung Yukino. Gadis itu menggeleng pelan.

“Dan aku juga merasakan perasaan kehilangan itu ketika kau menghilang dari hidupku, dari pernikahan kita Yu..”lanjut Kyuhyun dengan suara pelan, hampir berbisik.

“Kita tidak pernah menikah, Tuan..”

“Ya, kita menikah Yuki-ya. Ini buktinya kan..”ujar Kyuhyun seraya memperlihatkan cincin belah rotan yang masih melingkar di jari manisnya.

“Yuki, aku datang kesini mencarimu. Aku ingin meminta maaf atas banyak hal.”

“Mwoga?”

“Aku ingin meminta maaf karena aku sudah menamparmu, menuduhmu dan menghinamu. Aku minta maaf atas semua tingkah kasarku padamu beberapa tahun yang lalu.”

“Aku sudah memaafkanmu, Tuan.”

“Terima kasih. Terima kasih Hyejin-ah.”

“Doitte. Tapi walaupun aku te..”

“Arrayeo, aku mengerti kalau kau memang tidak ingin kembali bersamaku dan aku akan menjelaskan semuanya pada Hyun.”

“Arigatou, Kyuhyun-ssi.”

“Teruslah memanggilku seperti itu, Hyejin-ah, aku menyukainya.”

 

Setelah mengatakan kata yang terakhir, Kyuhyun yang menggendong Hyun melangkah pergi. Meninggalkan Yukino berdiri di tepi tangga. Gadis itu kini menatap punggung Kyuhyun dan wajah Hyun yang menatapnya sendu.

 

“Kyuhyun-ssi!!”panggil Yukino cukup keras.

 

Langkah Kyuhyun yang memang belum jauh akhirnya terhenti. Ia dan Hyun kini sama-sama menatap Yukino yang berdiri di anak tangga bagian teratas. Pria berkacamata itu diam menunggu Yukino berbicara kembali.

“Kau mau pergi bersamaku?”ujar Yukino yang membuat wajah Kyuhyun memerah dan terkejut.

“Ya, tentu saja.”jawab Kyuhyun tampa berpikir dua kali.

 

**

 

Mereka bertiga berjalan bersama menyusuri jalan di kawasan Shijo avenue. Hyun terlihat senang dan sesekali mengayunkan tangan ayahnya yang sejak awal digandengnya. Tawa kecil Kyuhyun terdengar ketika Hyun terayun oleh ulah kedua tangannya.

Sementara Yukino yang berjalan bersama mereka, hanya diam dan sesekali ikut tersenyum melihat kedua laki-laki disampingnya.

 

“Yuki-ya, boleh aku bertanya?”Tanya Kyuhyun setelah setengah perjalanan.

“Apa nama tempat ini?”

“Shijo-dori desu.”

“Shijo-dori? Itu nama tempat ini?”

“Itu nama jalan ini. Kebanyakan orang menyebut tempat ini dengan Shijo avenue. Disini salah satu jalan yang terkenal di Kyoto. Pusat perbelanjaan menurut pendapatku.”

“Pusat perbelanjaan, tapi kenapa disini begitu lengang?”

“Ini ciri khas Gion. Tempat ini memang terkenal tenang dan jauh dari hiruk pikuk keramaian.”

“Ah~ ternyata begitu. Yuki-ya..”

“Hm?”

“Sebelumnya kupikir kau dan ayahmu tinggal di Tokyo. Tapi ternyata kau tinggal di kota ini, waeyo? Bukankah, kantormu terletak di Tokyo?”Tanya Kyuhyun dan Hyun menatap Yukino, ingin tahu.

“Karena rumah kami memang disini. Pertama tiba di Jepang, aku memang tinggal di Tokyo. Tapi setelah beberapa waktu ayah membawaku pulang kesini.”

“Bukan di Osaka?”

“Bukan.”

“Kalau begitu setiap hari kau pulang pergi Tokyo-Kyoto?”

“Hai.”

“Sepertinya cukup melelahkan.”gumam Kyuhyun tanpa bisa di dengar oleh Yukino.

 

Kyuhyun terlihat senang melihat –  lihat setiap toko yang terdapat di Shijo-dori. Bocah berumur 5 tahun itu terlihat selalu menarik lengan ayahnya saat melihat sesuatu yang menarik minatnya. Melihat hal ini, Yukino terlihat kagum.

“Ahjumma..”panggil Hyun pelan dan Yukino segera menundukkan wajahnya, menatap bocah kecil itu.

“Apakah kau tidak menyukaiku?”Tanya Hyun ketika Yukino menatapnya ingin tahu.

“Iie, arimasen. Aku tidak membencimu, kenapa bertanya seperti itu?”balas Yukino dengan dahi berkerut.  Sedangkan Kyuhyun tersenyum tipis dengan wajah membelakangi kedua orang disampingnya.

“Sejak tadi kau tidak mengajakku berbicara, dan kau tidak menggandeng tanganku. Apakah kau tidak menyukaiku?”wajah Hyun terlihat sendu, kedua mata kecilnya muram.

“Arienai itsuno, Hyun-kun. Aku tidak membencimu dan aku cukup menyukaimu, kurasa.”jawab Yukino dengan berusaha mengulas senyum ramah.

“Aku juga menyukaimu, ahjumma.”ujar Hyun dan langsung meraih telapak tangan Yukino, menggandengnya.

 

Bocah kecil itu menggandeng kedua tangan orang dewasa yang berjalan bersamanya ketika itu. Yukino tersenyum sekilas saat Hyun mengayunkan tangannya penuh semangat. sedangkan Kyuhyun menatap kagum pada anaknya. Ia terlihat bahagia dengan keadaan ini.

“Terima kasih, Yuki-ya..”bisik Kyuhyun dan Yukino mengangguk.

 

“Wah yeoppoda!!”puji Kyuhyun dengan mata terbuka lebar saat dua orang wanita berkimono tradisional dan berparas cantik melewati mereka.

“Yuki-ya, kelihatannya disini banyak sekali wanita Jepang yang masih betah mengenakan kimono, sepertimu.”ujar Kyuhyun sambil tertawa dan Yukino hanya menoleh kearah dua wanita yang ditunjuk oleh Kyuhyun.

“Eh, apa mereka mengenalmu? Kenapa mereka memberi salam begitu hormat padamu?”tanya Kyuhyun ketika dua wanita itu membungkukkan kepala saat melewati Yukino.

“Iie, kami tidak saling mengenal. Tapi kurasa mereka mengenal ayahku. Dan kuberitahu padamu Cho-san, mereka adalah Geisha. Karena itu mereka mengenakan kimono tradisional.”

“Ah ternyata mereka Geisha. Mereka sangat cantik dan ayahmu pasti sangat terkenal disini.”

 

**

 

“Appa, aku lapar~~..”ujar Hyun sambil mengerucutkan bibirnya.

“Lapar? Ah matda, kau belum makan siang. Baiklah ayo kita makan. Yuki-ya, kau tidak keberatan kan kalau kita makan sebentar?”Tanya Kyuhyun setelah melihat jam tangannya.

“Iie, arimasen.”jawab Yuki kemudian hendak berjalan mengikuti Kyuhyun. Akan tetapi, wanita yang sejak awal menemaninya, menahan gadis itu.

“Okusama, sumimasen. Tapi ini sudah terlalu sore, dan itu tidak baik jika anda masih berada di tempat ini.”ujar wanita itu memperingatkan.

“Waeyo? Ini kan baru jam 6 dan ini masih terlihat siang.”

“Ini sudah terlalu sore dan disini akan banyak sekali Geisha yang berpakaian sama seperti Nona. Jadi hal ini akan menjadi sangat tidak baik bagi gadis terhormat seperti Nona, jika berkeliaran di tempat ini di antara para Geisha.”

 

Kyuhyun hanya mengangguk tanda mengerti akan penjelasan wanita disamping Yukino. Namja itu kemudian menghela nafasnya dan mengatakan sesuatu pada Hyun, bocah itu hanya mengangguk lalu naik ke gendongan Kyuhyun.

“Yuki, kuantar kau pulang.”ujar Kyuhyun lalu menarik tangan Yukino.

 

**

 

Sesampainya di depan sebuah rumah berpintu kayu besar, Kyuhyun melepas genggaman tangannya pada Yukino.

“Ini rumahmu?”tanya Kyuhyun sambil menatap bangunan yang dipagari oleh tembok memanjang dan sebuah pintu kayu besar. Yukino hanya membungkukkan kepalanya formal.

“Terima kasih telah mengantar saya, Cho-san.”ujar Yukino singkat lalu bermaksud masuk. Akan tetapi rintik gerimis yang cukup besar mulai berjatuhan.

 

Kyuhyun sontak langsung menadahkan telapak tangannya, memayungi kepala Hyun yang berada dalam gendongannya. Dan namja itu segera bernaung di bawah atap pintu masuk kediaman keluarga Hiragawa.

 

Dan disaat itu pula sebuah sedan hitam berhenti di depan mereka. Seorang pria tinggi besar keluar dari dalam mobil bersama dua orang pengawalnya yang membawa pedang. Pria itu cukup terkejut melihat sosok Kyuhyun yang sedang bernaung di bawah atap dan Yukino yang berdiri di ambang pintu masuk.

 

“Yukino, apa yang kau lakukan disini? Dan siapa ini, kenapa bisa ada orang asing disini?”suara pria itu terdengar dingin dan menyeramkan.

 

Karena suara berat pria paruh baya itu, Kyuhyun langsung membungkukkan kepalanya dan ia menekan kepala Hyun yang tertidur agar tidak terkena gerakan kepalanya.

“O~ pria ini..”gumam pria tinggi besar itu ketika melihat jelas wajah Kyuhyun.

“Aiden-san, apakah orang ini Cho Kyuhyun dari Korea?”sambungnya pada pria lebih muda yang baru saja keluar dari pintu pengemudi mobil.

 

Pria yang dipanggil Aiden itu langsung mengangguk setelah melihat wajah Kyuhyun. Melihat dan mendengar jawaban pria bernama Aiden, pria tinggi besar itu mengangguk lalu menghampiri Kyuhyun dan Yukino.

“Hai, so desu Kaicho-sama.”ujar Donghae.

 

“Selamat sore Hiragawa-sama, apa kabar?!”salam Kyuhyun sopan dan Tuan Hiragawa kembali mengangguk pelan.

“Lama sekali tidak melihatmu, Kyuhyun-ssi.”balas Tuan Hiragawa sambil menepuk lengan kanan Kyuhyun.

“Yukino, kenapa kau tidak membawa tamu kita masuk ke dalam?”tanya Tuan Hiragawa pada putrinya yang masih diam di ambang pintu .

“Oh, tidak perlu Tuan. Aku kesini hanya untuk mengantar Yuki dan sekarang aku akan kembali ke Hotel. Ja..”

 

“Hoteru? Tuan?”balas Tuan Hiragawa dengan mata menyipit tidak senang.

“Kau memanggilku Tuan dan kau ingin tinggal di Hotel? Dimana sopan santunmu pada ayah mertuamu Cho Kyuhyun-ssi?”lanjut Tuan Hiragawa tidak senang, membuat Kyuhyun terhenyak dan Yukino menarik nafasnya.

 

“Maafkan saya, Otosan.”ujar Kyuhyun menyesal yang membuat Tuan Hiragawa tersenyum samar.

“Bagus kalau kau menyadari kesalahanmu. Sekarang mari kita semua masuk ke dalam, disini hujan mulai deras.”perintah Tuan Hiragawa tegas lalu melangkah masuk diikuti mereka semua.

 

**

 

*Kyuhyun’s POV*

 

Akhirnya aku dan Hyun berakhir di kediaman keluarga Hiragawa. kami malam ini akan menginap di rumah Yukino. Alasan dari semua ini adalah, yang pertama, Tuan Hiragawa mengundang kami menginap dan tidak ingin ada bantahan dariku. Lalu, yang kedua, di luar hujan deras. Membuatku tidak dapat membawa Hyun pergi untuk kembali ke Hotel.

 

“Jadi anak itu putramu, Kyuhyun-ssi?”Tanya Tuan Hiragawa sambil menyesap tehnya. Ya, kami tengah menikmati teh hangat di ruangannya. Ia memintaku menemaninya berbincang.

“Ya, dia putraku, Otosan.”

“Kau menikah? Berapa umurnya sekarang?”

“Ya, aku menikah dengan Seohyun 5 tahun yang lalu dan umur Hyun juga 5 tahun sekarang.”

“Seohyun, apakah dia wanita yang dulu menjadi tunanganmu?”

“Ya.”

“So nanda, kau beruntung Tuan Muda Cho.”desah Tuan Hiragawa dengan helaan nafas berat.

“Beruntung?”tanyaku tidak mengerti dan Tuan Hiragawa mengangguk.

“Kau akhirnya menikah, mempunyai seorang putra yang pintar dan menarik. Sedangkan aku, kehilangan satu-satunya menantuku dan putriku bersikeras untuk tidak menikah.”jelasnya dengan senyum getir.

“Yuki, masih tidak ingin menikah?”tanyaku dan Tuan Hiragawa hanya menggumam.

“Anak itu, keras kepala. Ia menolak semua pria yang kujodohkan dan memarahiku.”jawabnya sambil tertawa lalu menyesap teh kembali.

“Yukino, apakah sekarang dia sudah baik-baik saja?”

“Hai. Dia sekarang sudah lebih baik, Aiden membantunya dengan sangat baik. Putriku sekarang sudah menjadi orang yang lebih baik, walaupun kebiasaannya untuk terjaga di malam hari masih berlanjut hingga saat ini.”

 

Kepalaku tertunduk, kumainkan cawan teh di hadapanku dalam diam. Kepalaku seperti kosong, tidak tau apa yang ingin kupikirkan. Mungkin karena jumlah pertanyaan yang muncul di dalam otakku terlalu banyak, sehingga semua pemikiranku seperti di telan kabut.

 

“Aku semakin tua dan pasti tidak akan dapat terus bersamanya, menjaganya. Oleh karena itu aku ingin Yuki menikah. Tapi gadis itu orang yang sangat sulit, tidak ada orang yang dapat meluluhkan hati kerasnya.”desah Tuan Hiragawa sekali lagi.

“Aku sempat berpikir untuk menjodohkan Yuki dengan Aiden, tapi kurasa Yuki akan sangat marah jika aku melakukannya..”lanjut Tuan Hiragawa sambil tertawa sumbang. Dan pernyataannya ini membuatku mengangkat kepala.

“Anda ingin menjodohkan mereka? Apakah menurut anda mereka akan setuju?”tanyaku tanpa berpikir jernih dan Tuan Hiragawa hanya menggeleng pelan.

 

“Hh~ alangkah baiknya jika mereka setuju. Aiden mengatakan akan menjadi asisten Yukino dan putriku masih tetap menaruh hatinya pada mendiang tunangannya.. karena itu aku mengurungkan niatku.”

 

Aku mengangguk lega dan kembali menyesap minumanku. Sedangkan Tuan Hiragawa beranjak dan berjalan ke tepi jendela ruangan.

“Kyuhyun-ssi, apakah pernikahanmu membahagiakan? Bagaimana istrimu, dia baik?”Tanya Tuan Hiragawa yang membuatku terhenyak.

“Ne, aku sangat bahagia dengan pernikahanku, karena aku mendapatkan Hyun. Tapi, aku tidak tau apakah Seohyun adalah istri yang baik atau tidak, karena kami tidak pernah tinggal bersama.”jawabku sambil menelan ludah pahit. Tuan Hiragawa berbalik dan menatapku, dahinya mengernyit.

“Kalian tidak tinggal bersama?”tanya pria itu dan aku mengiyakan.

“Kenapa?”

“Karena kami menikah saat Seohyun dipenjara dan saat ia mengandung Hyun di usia kandungan 5 bulan.”

“E? jadi kalian menikah karena wanita itu mengandung?”

“Ye, seperti itu Otosan.”jawabku dengan wajah memanas, aku malu dengan kenyataan ini.

“Tap..”

“Hadiah Yukino. Hyun adalah hadiah yang diberikan Yukino pada kami, Otosan.”potongku cepat.

 

Tuan Hiragawa mengernyit semakin dalam. Ada ketidakmengertian mendalam dalam ekspresi wajahnya, ada permintaan penjelasan di matanya yang tegas. Akan tetapi, aku menjawab semua pemikirannya dengan senyum tipis.

Sedetik setelah kuulaskan senyum, Tuan Hiragawa membuka mulutnya, sepertinya dia mendapatkan sebuah pencerahan di dalam otaknya ketika melihat senyumku.

 

“Wakatta. Tidak kusangka Yukino akan menggunakan cara itu.”kekehnya sambil berbalik kembali menghadap jendela.

“Aku sangat menyukai Hyun, dia sangat mirip denganmu. Kelihatannya dia juga sangat menyukai putriku, apakah itu benar?”

“Ya, Otosan. Hyun menyukai Yukino.”jawabku dengan senyum lebar.

“Menginaplah disini Kyuhyun-ssi selama kau tinggal di Kyoto, aku masih ingin berbincang denganmu.”

“Tapi, bagaimana kalau Yu..”

“Tidak perlu memikirkan pendapat gadis itu, dia akan lebih sering di Tokyo setiap hari, jadi dia tidak akan masalah.”

“Ah ye~..”gumamku kecewa. Walau bagaimanapun aku juga ingin bersama Yukino.

 

 

**

 

“Appa~, apa Athena ahjumma sudah tidur? Apa aku boleh mengucapkan selamat malam ke kamarnya?”tanya Hyun ketika aku menemaninya tidur.

“Appa rasa dia sudah tidur, Hyun-ah. Jadi sebaiknya kau tidurlah..”ujarku sambil memeluk dan menepuk punggungnya lembut.

“Tapi aku mau mengucapkan selamat tidur untuknya appa..”balas Hyun dengan suara tidak puas.

“Ahjumma, sudah tidur Hyun. Jadi kalau kau ke kamarnya, kau akan mengganggu. Dia tidak akan suka.”ujarku dan membuat Hyun semakin bertanya.

“Wae~~? Apa dia tidak menyukaiku appa?”

“Kenapa kau selalu berpikir seperti itu?”tanyaku sambil mengangkat dagunya, melepas pelukanku.

“Ahjumma hanya sedikit sekali bicara denganku dan saat makan malam ia hanya mengangguk kalau kuajak bicara. Apa dia tidak menyukaiku karena ia pernah bertengkar dengan eomma dan appa?”

 

Hh~ sepertinya aku mulai menyesal telah menceritakan semua kisah diantara Aku, Seohyun dan Yukino. Anak ini jadi mempunyai pemikiran berlebihan dan dewasa sebelum waktunya.

“Aniya, Hyun-ah. Ahjumma bukannya tidak menyukaimu, tapi ia memang tidak suka jika ada orang mengganggu tidurnya.”ujarku menenangkannya, agar Hyun tidak berpikiran aneh tentang dirinya ataupun Yukino.

“Ah, geuge~..kalau begitu aku tidak akan mengganggunya. Supaya ia menyukaiku.”

“Ya, kalau begitu sekarang kau tidur. Lihat sudah jam 10.”

“Arraseo, appa. Jalja~..”

“Jalja~ Hyun-ah..”

 

**

 

Setelah Hyun tertidur nyenyak, kulangkahkan kakiku keluar kamar. Udara terasa dingin dan rintik hujan masih terdengar di luar sana.

Kaki ini melangkah menyusuri lorong yang menghubungkan setiap sudut rumah. Kalau boleh aku mengungkapkan, menurut pengetahuanku, rumah kediaman Hiragawa ini adalah rumah bergaya Jepang kuno, sepertinya mereka menggunakan gaya arsitektur Shinden-zukuri. Gaya arsitektur untuk rumah para bangsawan di zaman Heian. Benar-benar citarasa khas keluarga Samurai.

 

Langkahku terhenti di lorong yang berujung di taman belakang. Dari tempatku berdiri sudah terlihat kolam ikan yang menyerupai danau mini. Bibir ini tersenyum dan minatku untuk menikmati keindahan taman semakin besar.

Akan tetapi, tubuhku terhenti saat kudapati ada seseorang di beranda. Orang yang sudah lebih dulu menikmati keindahan taman di tengah kesunyian malam.

“Yuki?”panggilku, menebak. Dan sosok itu menolehkan kepala kearahku .

“Ternyata benar itu kau, sedang apa?”ujarku lagi, lega. Lalu melanjutkan langkahku kemudian duduk di sampingnya dengan pembatas sebuah pilar bulat menjulang di antara kami.

“Tidak ada, hanya ingin mencari udara segar.”jawabnya yang sudah kembali menyandarkan kepala ke tiang pilar.

“Kau baru saja berlatih? Apa kau masih belum bisa tertidur nyenyak di malam hari?”tanyaku yang sudah ikut menyandarkan kepala.

“Hm.”gumamnya pelan.

“Waeyo?”

“Hanya tidak bisa.”

“Masih bermimpi buruk?”

“Hm, terkadang.”

“Yuki..”

“Hm?”

“Kau tau, aku datang kesini untuk mencarimu?”

“Tidak. Untuk apa kau mencariku?”

“Karena aku ingin meminta maaf dan untuk melihat keadaanmu.”

“Kenapa kau ingin melihatku, bukankah aku ini adalah orang jahat yang begitu kau benci?”balasnya yang membuatku mengangkat kepala. Kutatap Yukino dari sisi tiang. Wajahnya yang menatap kosong kearah kolam bagaikan lukisan muram.

 

“Aku memang marah padamu, tapi aku tidak pernah membencimu. Selain itu, kenapa kau tidak membantah saat aku menuduhmu dengan berbagai macam tuduhan? Kenapa hanya diam saja ketika aku membentak dan menyumpahimu dengan kata-kata kasar? Kenapa kau tidak membela diri saat aku memukulmu?”tanyaku dalam satu tarikan nafas dan Yukino mengangkat kepalanya, ia membalas tatapanku.

“Karena aku tau semua itu tidak akan ada gunanya. Aku adalah seorang pencuri yang merebut perusahaanmu secara paksa, aku adalah seorang putri Yakuza yang hidupnya hanya dipenuhi oleh tindakan jahat. Kau tidak akan percaya jika ku katakan ‘aku bukan pelakunya’. Orang seperti kalian tidak akan mempercayai orang-orang seperti kami.”

 

Jawaban Yukino bagaikan sebatang jarum. Sakit yang ditimbulkan akibat tusukannya begitu kecil, akan tetapi rasa sakitnya akan sampai ke dalam ulu hati.  Orang seperti aku, orang seperti dia, perumpamaan yang dipakainya begitu menusuk. Memperlihatkan kasta dan perbedaan yang begitu besar di antara kami.

 

“Maafkan aku atas semua yang telah kulakukan padamu, Yuki-ya. Aku tau semua ini tidak akan menghapus kenangan buruk yang terjalin di antara kita. Tapi aku berharap kau memaafkanku.”pintaku tulus dan mata hazel itu semakin menatapku dalam.

“Maaf karena aku yang melukaimu, membuatmu kehilangan harga diri, membuatmu mengalami trauma mengerikan, membuatmu terluka dan membuatmu kehilangan. Aku benar-benar minta maaf padamu..”

 

Mata hazel yang sejak dulu kusukai itu kini terlihat teduh, warna coklatnya begitu cemerlang diterpa sinar lampu taman. Dan ketika bibirnya tersenyum tipis, maka sinar mata yang dulu kukagumi, kembali.

Raut wajahnya yang ramah, raut wajah yang pernah kulihat saat pertemuan pertama kami, kini kembali. Athenaku baru saja kembali.

 

“Aku minta maaf dan aku mencintaimu Yuki-ah~~..”lanjutku dengan suara lembut. Kuraih kedua tangannya, lalu kugenggam erat. Sedangkan Yukino terdiam menatapku.

“Aku telah membuka lembaran baruku, Kyuhyun-ssi. Aku telah banyak belajar untuk hidup di masa depan, hidupku yang baru. Aku telah belajar banyak untuk memaafkan kalian, memaafkanmu. Jadi aku sudah memaafkanmu, walaupun belum sepenuhnya. Tapi aku tetap akan belajar.”ujarnya tenang.

“Tapi, maaf, di lembaran baruku tidak ada dirimu. Aku pernah mengatakan padamu sebelumnya, bahwa aku tidak bisa menulis namamu di dalam lembar hidupku.”

“Wae? Apa karena aku melukaimu begitu dalam?”

“Mungkin, itu salah satu alasannya. Walau kita saling memaafkan, tapi kenangan itu akan tetap ada untuk menyertai kita. Masa lalu, juga perseteruan yang telah terjadi akan menjadi boomerang menakutkan. Selain itu, ada banyak hal yang menghalangi kita untuk dapat hidup bersama dan berjalan beriringan.”

 

Kulepaskan kedua tangan Yukino. Dia benar. Terlalu banyak alasan yang membuat kami tidak dapat bersama. Kenangan kami terlalu sulit untuk dilupakan, orang-orang yang pernah terlibat dalam perseteruan kami pun dapat menjadi alasan. Akan terlalu menggelikan jika dua orang yang begitu saling membenci tiba-tiba bersatu.

 

“Kalau begitu, apakah setidaknya kita dapat berteman, Yuki-ya?”tanyaku spontan dan tanpa sadar.

“Berteman?”pertanyaan Yuki membuatku mengangkat wajah, aku kembali menatapnya dan mengangguk.

“Sejak disekolah dulu, aku selalu melihatmu sendirian tanpa teman seorang pun. Dan setelah kita bertemu kembali, kau masih tetap tanpa teman. Aku tau kau tidak menyukaiku sebagai seorang pria, tapi bisakah aku menjadi seorang teman bagimu?”jelasku dan Yukino terlihat berpikir.

“Sejak dulu aku ingin menjadi temanmu. Menjadi tempat berbagi cerita, berkeluh kesah atau sekedar teman saat kau membaca buku.”lanjutku dan Yukino semakin menatapku ragu.

“Kau masih ingin menjadi temanku setelah semua yang terjadi?”Tanya Yukino ragu dan aku mengangguk.

“Bahkan aku menginginkan lebih setelah apa yang terjadi.”

“Apa yang kau inginkan, Tuan Cho?”Tanya Yukino datar.

“Aku ingin menjadi suami dan ayah dari anak-anakmu. Menjadikan cincin ini nyata dan Hyun mempunyai seorang ibu.”jawabku sambil mengangkat jemari yang mengenakan cincin perkawinan kami.

 

Yukino hanya tersenyum sekilas kemudian menyandarkan kembali kepalanya di tiang pilar. Gadis itu berdiam diri lagi, menikmati pemandangan taman.

“Anak itu sudah tidur?”Yukino membuka mulutnya, memecah keheningan.

“Ya, sejak tadi. Dia mengucapkan salam selamat tidur untukmu, Yuki-ya.”ujarku dan Yukino mengangguk.

 

“Jadi Hyun adalah hadiahku? Apakah ini karena bantuan Kotoko?”Tanya Yukino tiba-tiba yang membuatku mengangkat kepala, meluruskan posisi dudukku.

“Apa?”

“Aku bertanya, apakah kau mendapatkan Hyun atas bantuan Kotoko?”wajahku memanas dan mataku langsung berkabut saat mendengar pertanyaan Yukino.

“Ya, itu atas bantuan wanita gila itu.”dengusku sambil menyandarkan punggung di pilar, membelakangi Yukino.

“Ternyata Kotoko sehebat itu. Hh~, aku bisa memanggilkannya untukmu jika memang kau menginginkannya kembali, Tuan Cho.”balas Yukino, terdengar nada canda dalam suaranya.

 

“Aish, dia wanita mengerikan yang pernah kutemui.”gumamku sambil memejamkan mata.

 

**

 

Aku memejamkan mata dan Yukino terdiam. Udara dingin mulai meraja di sekitar kami. Keheningan ini menyenangkan. Aku menoleh dan perlahan kuraih tangan Yukino yang menggantung disamping tiang pilar. Saat kugenggam tangannya, Yukino terlonjak pelan. Ia segera berusaha melepas tangannya dari genggamanku. Namun saat ia melihat tatapan penuh harapku, ia berhenti.

 

Aku menggenggam tangan kirinya sambil menatap kolam. Tangannya begitu dingin dan lembut. Akan tetapi rasa hangat yang terjalin di antara kami, mengalir ke dalam hatiku . kuharap hatinya juga merasa hangat.

 

“Kau mau berteman denganku Hyejin-ah?”tanyaku dengan menggunakan nama Koreanya. Kurasakan Yukino kembali berjengit.

“Kenapa kau memanggilku, Hyejin?”

“Karena itu namamu dan itu adalah nama yang tidak dapat kau hapus, bahkan di lembar baru hidupmu sekalipun.”jawabku.

“Kau benar, itu namaku. Nama yang diberikan orang tuaku.”

“Kau merindukan mereka?”

“Hai.”

“Kalau begitu, kembalilah ke Korea, Hye.”

“Tidak. Ini rumahku, ini hidupku dan ayahku tinggal disini.”

“Hem, arraseo.”

“Kau bahagia tinggal disini, Hye?”

 

Sebuah senyum indah terukir di bibirnya. Senyum terindah dari dirinya yang pernah ia perlihatkan padaku.

“Ya, aku sangat bahagia. Karena semua orang yang kucintai ada disini, bersamaku.”jawabnya masih dengan senyum yang sampai ke matanya.

“Kuharap suatu hari nanti, aku dan Hyun juga dapat masuk ke dalamnya. Orang-orang yang kau cintai.”ujarku dan membuat kami saling menatap.

“Suatu hari?”

“Ya, suatu hari Nona Yoon Hyejin.”

 

Mendengar kata-kataku,  gadis disampingku ini hanya menengadahkan kepalanya. Kedua matanya terpejam , menikmati semilir angin lembut yang menerpa dirinya. Tangan kami masih tertaut. Dan bibir kami tersenyum.

“Hye..”panggilku kembali.

“Hm?”gumamnya, masih menikmati semilir angin malam.

“Kenapa kau masih mengenakan cincin pernikahan kita?”

“Hh~, karena ini cincin yang diberikan Otosan. Dia sangat gembira ketika pernikahan itu.”

“Ayahmu bahagia?”

“Hm.”

“Lalu kau, apakah kau bahagia?”

“Ya. Aku akan bahagia jika keluargaku bahagia.”jawabnya sambil menghembuskan nafas panjang.

“Hyun, anak yang pintar dan manis. Aku menyukainya.”lanjutnya singkat yang membuatku tersenyum lalu meraih tangannya. Menggenggamnya kembali.

 

“Terima kasih telah memaafkanku, Yoon Hyejin.”

“Terima kasih karena kau mau menjadi temanku, Kyuhyun-ssi.”

“Berapa umurmu sekarang, Hye?”

“29 tahun. Doushittano?”

“Berarti aku telah mencintaimu selama 13 tahun.”

“Ye, 13 tahun?”

“Hmm. 13 tahun. 13 tahun yang lalu, aku bertemu gadis di lapangan parkir sekolah yang membantuku mengambil kunci motor dari selokan dan setelah 13 tahun aku bertemu lagi dengannya. Ternyata..”

“Ternyata?”

“Ternyata aku masih mencintainya dan  ia menerimaku sebagai temannya.”

“Kita berteman sekarang?”

“Ya, kita berteman Yukino. Hiragawa Yukino.”jawabku lalu dengan lembut ku kecup pipi kirinya. Membuat gadis itu terdiam menatapku. Sedangkan aku hanya tertawa kecil membalas tatapannya.

 

“Cha! Ayo kita tidur, ini sudah malam.”ajakku sambil membantunya berdiri.

 

Yukino langsung berjalan lebih dulu setelah aku membantunya berdiri. Gadis yang mengenakan seragam khas Kyudo itu terlihat mengagumkan. Membuatku selalu ingin tersenyum.

“Yuki..”panggilku yang membuatnya berhenti dan berbalik.

“Doushitte?”Tanya Yukino sambil mengerutkan dahi.

“Boleh aku menciummu?”tanyaku seperti orang bodoh.

“Tidak.”tolak Yukino dengan wajah dingin khasnya. Ekspresi gadis Jepang yang kutemui 6 tahun yang lalu. Istriku. Istri yang pernah menikahiku.

“Kalau begitu, apakah kau mengobrol sebentar lagi denganku, sampai kau mengantuk?”tanyaku sambil menarik tangannya.

“Tidak.”jawabnya dengan menepis genggaman tanganku. Kemudian ia mengambil sesuatu dari sudut beranda tidak jauh dari sisi tempatnya terduduk tadi.

“Lalu kau mau apa?”tanyaku heran.

“Aku mau kembali ke ruang latihan. Wae, kau mau bertanding Kendo denganku, Tuan Cho?”balasnya sambil menggenggam sebilah pedang.

“Bertanding Kendo? Hm, sepertinya menarik, apa hadiahnya jika aku dapat mengalahkanmu Nona?”

“Bagaimana kalau hadiahnya adalah sebuah pelukan darimu, Yuki-ya?”lanjutku sebelum Yukino menjawab.

 

Secepat kilat aku bergerak, bermaksud untuk memeluknya. Akan tetapi, saat tubuhku baru saja akan menghampirinya. Bunyi yang familiar terdengar, sebilah besi tipis nan mengkilat, terhunus lurus ke wajahku.

 

“Sepertinya setelah lama tidak bertemu, kau melupakan hukuman yang akan menderamu jika kau berani menyentuhku sembarangan, Tuan Cho. Apakah kau sudah lupa dengan rasa dingin pedangku? Kau ingin merasakannya sekali lagi?”seringai Yukino. Cih, seringainya begitu mirip denganku.

“Jangan main-main dengan itu Yuki-ya, cepat simpan pedangmu!”perintahku dengan suara gugup dan Yukino terkekeh pelan. Ia segera menyarungkan kembali pedangnya.

“Payah. Kau  begitu pengecut Tuan Cho.”sindirnya kemudian menatapku.

 

“Masih berminat bertanding denganku? Jika kau dapat mengalahkanku, maka aku akan memberimu sebuah proyek besar, bagaimana?”tawarnya dengan senyum misterius.

“jinjja?”

“Hai.”

“Baiklah, kalau begitu aku setuju. Kajja!!”ajakku penuh semangat sambil menggandeng tangannya.

“Tapi, kalau kau kalah kau harus memberikan jabatan General Managermu padaku.”ujarnya sekali lagi yang membuatku terhenyak dan sontak menatapnya tajam.

“Joa, aku setuju. Tapi jika hal itu terjadi, aku akan langsung mengikatmu menjadi istriku.”balasku sambil tersenyum. Yukino pun hanya tertawa mendengar kelakarku.

 

Kami berdua menyusuri koridor rumah keluarga Hiragawa, untuk pergi menuju Dojo. Tangan Yukino kini berada di dalam genggamanku. Sekarang kami adalah teman, tomodachi, sahabat.

 

Kabut di antara kami perlahan mulai menghilang, sinar matahari yang membiaskan secercah cahaya telah kembali. Dan Athenaku, kini telah kembali. My Goddess..

 

 

 

END

 

 

30 comments on “Love Under Revenge [Epilogue]

  1. aku baru tau kalau hirooka punya wp sendiri. aku suka baca karyamu. ah , jangrihyun imnida. bangapseumnida
    eng, cogi .. aku gak bisa bhasa jepang. jadi komenku mgkn cma, ttg bhs aj. di LUR part2 sebelumnya ada bhs jepang yg gak pake translatenya. jdi agk bingung gt.. sumpah LUR ff ter-daebak yg pernah aku baca. . . ijinkan aku buka2 karyamu yg lain yah? :>

    Like

    • Gak knp2 kok. Kita kan orang indonesia jd ga mesti pake bahasa jepang kok.

      Ini lagi coba2 ngeblogger. Semoga blog aku ga malu2in. ^/\^

      Terima kasih mau sempetin baca tulisan aku ya. N, silahkan dibaca aja, maaf ya aku cuma post sedikit. Krn kan dulu udah aku post di Fun fanfiction

      Like

  2. Ahhhhh
    Setelah di cari dan mencari
    Q ketemu wp y hirooka
    Seneng y ;D
    Love under revenge adalah ff
    Terkeren yg pernah q baca
    Yg pernah membuat q begadang dari jam 10 malem ampe 5 pagi hahahahah karna saking penasaran ama kelanjutan2 next part y

    Semangat untuk author hirooka karya2 mu sangat bagus dan q suka baca2 ff mu
    ♡♡♡♡♡♡

    Like

  3. Author,maksud hadiah dari yukito/hyejin itu apa,
    maksudnya hadiahnya cho hyun anaknya kyuhyun,
    apa maksudnya,
    tolong jelaskan

    Like

  4. hi author-nim,
    aku pengen ngulang baca ff ini, tapi kayaknya gak jadi deh inget genrenya, cuma baca epilognya aja tapi masih inget jalan ceritanya 🙂
    jadi d sini mau ninggalin jejak juga dan minta maaf gak pernah komen d wp sebelah, jadi mumpung nemu wp pribadi author jadi aku komen d sini
    k 2 kalinya baca epilog nie ff , tetep aja nangis T.T
    gomapta buat ff nya,
    ini bener” daebak 🙂
    sukses buat karya yg lainnya

    Like

  5. hallo author. aku lg pengen baca ff dan keinget lg ff ini, aku sampe nyari di google karna lupa titlenya hhehe
    ga ada bosennya baca ff ini. kesel, marah, sedih, terharu campur semua.
    klo author bisa dan sempet, bikin sequelnya dong. pengen bgt kyuhun dan yukino bisa bersatu. atau jangan-jangan udah ada sequelnya?
    jangan bosen untuk ngepost ff-ff keceh yang bagus ya thor 🙂

    Like

  6. Yeeeehh akhirnya …
    Walaupun yukino msh blm mencintai kyuhyun tpi setidaknya dia sdh membuka hati untuk bersahabat …
    Syg nya ini udh bener2 end yaa thor .. Pdhl pengen ada crta lain antara kyuhyun dan yukino seandainya mereka menjadi pasangan kembali ….

    Like

  7. pas baca begin again tuh bingung awal cerita kayak apa akhirnya nyari” ketemu dech
    ceritanya seru keren abis
    cinta kyuhyun yang bertahan selama bertahun tahun gk pernah pupus buat hyejin/yukino
    tapi yukino sama sekali gk membalas perasaannya
    siapa nyangka kalo seoyeon bakal hamil pas penyekapan kyu dan seoyeon hahhh sedikit menjengkelkan dia hamil

    Like

  8. aaaaa ternyata hyun anakny kyuhyun n seohyun,,, tadinya bingung kok hisa seohyun hamil padahal kyuhyun kan ngak cinta ma dia nbapa maksud kyuhyun hadiah yg dikasi yukino ,,, akhir y paham juga hyun hadir krn kejadian yukino ngebales kyuhyun dgn kotoko….
    syukur deh yukino dah mulai melunak n berubah ngaknsekejam dulu n kulai maafin kyuhyun…

    Like

  9. Hyun itu hadiah hyejin ke kyuhyun sm seo? Jd yg wkt dulu seo sm kyu d sekap hyejin yg d suruh ‘itu’ membuahkan hyun? 😮
    sebenernya agak gasetuju. Yg di kapelin di ff ini kyujin, tp mlh yg punya anak seokyu. :’v
    Aku berharap kyujin lebih dari teman yah. :’)

    Like

  10. annyeong haseyooo… udah lama banget aku baca ff ini dan baru tau kalau ternyata authornya punya blog sendiri..
    aku mau ucapin salam kenal plus mau ijin baca baca ff nya yaa..
    gamsahamnida…

    Like

  11. mau dibaca brapa kali endingnya tetep indah..hahahaha…penyelesaian masalahnya juga mengalir gt aja. .g dipaksaain bahagia semua…daebak

    Like

  12. kyaaa akhirnya udah baca sampai ending. Nggak nyangka ternyata ! ! ! Hua aku kagum sama yukino ! DAEBAKK ! Author kau HEBAT !
    Hehe annyeong haseyo author-nim, cheonsa imnida ! Ijin baca karya2 author yang lainnya ya 🙂 kamsahamnida :3

    Like

  13. Akhirnya yukino uda berubah skrg dia mw berteman dgn kyu 😀 yah siapa tw ntar kedepan nya bisa rujuk trus bsa jd eomma nya hyun..

    Like

  14. Jdi akibat perbuatan Hyejin sndri,,Kyuhyun pnya anak dgn Seo,, knp gk pnya anak dgn Hyejin aja,, syukurlah Hyejin mulai mmbuka hatinya utk Kyu wlw hnya utk brtmn…

    Like

  15. maaf bru koment di sini… sy udh bca ini dr part awal sampai epilog… serius menguras emosi… kyuhyun bner2 cinta sejati banget sm hyejin alias yukino…. btw ada lnjutan epilognya gak? pingin lyt mreka nikah resmi biar kyu dpet jg bhagianya heheee
    ini ff beda dari yg lain… biasax si kyu yg kejam pke bnget tp disini cweknya keren….. berhrp ada lnjutannya

    Like

  16. Gak apa cuma teman, heehheheheh jadi insiden itu membuahkan hasil dan hadirlah cho hyun uwaah bener2 gak bisa ketebak.. Tpi klo cuma temn kan gantung kan chingu kasian kan hyun yg berharap lebih ama yukino..
    Dan sempet terkecoh ama kejahatan yg di buat yukino ternyata kejahatannya cuma merampas hak perusahaan dan menggukum appa kyu sja, kiraain yukino pake bunuh2 org sgala sempat ilfil dan kesel siii hehheheh dan bagagi pas muncul part ini yg menhljelaskn semuanya, beruntubg dapat blocknya chingu hehheheh.. ^^ di tunggu karyanya yg lain lagi neee dan makasi udah buat stry yg keren dan daebak serta ada unser jepang2nya menguatkan apa lagi YAKUZA2 itu heheheh daebak de pokoknya beda dari yg lain chingu yaa khamsamnida neee !!! Anyeong^^

    Like

  17. Very sweet and simple ..
    Selain kejahatan seohyun yang bikin geleng2 kepala, momen kunci motor di selokan itu juga selalu menjadi bayang2 mereka ya 😃😃

    Like

Leave a comment